kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ambisi kolektif BUMN di era digital


Senin, 11 Juni 2018 / 11:32 WIB
Ambisi kolektif BUMN di era digital


Reporter: Tri Adi | Editor: Tri Adi

Pencapaian kinerja 143 BUMN Indonesia selama 3 tahun terakhir seperti  pertumbuhan aset (16% per tahun) dan laba (8% per tahun) merupakan prestasi yang mengesankan. Hasil itu tidak terlepas dari inovasi dan terobosan dari para BUMN.  Seperti membangun proyek infrastruktur yang masif dan merata di seluruh Nusantara (pelabuhan, bandara, kereta bandara, dan jalan tol), BBM satu harga.  

Selain itu, penyelesaian tol Becakayu (yang terlantar selama 20 tahun), mengatasi tantangan finansial pembangunan Trans Sumatera, serta pengambilalihan delapan  ruas tol mangkrak, serta ruas Jakarta–Surabaya (Waskita Karya dan Jasa Marga).

Terlepas pencapaian di atas, agenda holdingisasi merupakan salah satu strategi pertumbuhan yang rasional secara ekonomis, namun  kompleks secara organisasi. Memadukan paradoks rasionalitas ekonomi dan organizational complexity merupakan tantangan kekinian BUMN. PR dari kompleksitas warisan tradisi organisasi di 143 BUMN harus dikerjakan secara tekun oleh para leader, Paling tidak ada tiga pemikiran awal dalam membuat BUMN yang lebih besar dan kuat.

Pertama, sentimen moral sebagai dasar rasionalitas ekonomi. Adam Smith pada April 1759 mempublikasikan buku: "The Theory of Moral Sentiments". Buku ini menyajikan pencerahan yang luar biasa tentang bagaimana dampak sentimen moral terhadap kemajuan ekonomi suatu bangsa. Ada tiga catatan dia untuk membangun BUMN yang unggul berdasarkan rasionalitas teori ekonomi klasik.

Pertama, sejahat apa pun seseorang, tiap individu manusia secara alamiah memiliki perasaan bahagia apabila dapat membuat orang lain bahagia. Pemikiran ini selaras dengan rasionalitas ekonomi yang dinyatakan dalam hukum diminishing marginal utility.

Pemikiran ini meletakkan dasar yang sangat kokoh dalam rangka membangun BUMN yang tangguh dan unggul, karena memberi motivasi dan orientasi yang tepat kepada kita. BUMN harus dibangun hanya demi kepentingan bersama seluruh bangsa. Ini selaras dengan amanah UU No. 19 /2003 tentang BUMN.

Kedua, dalam bagian VI di buku yang sama, Adam Smith juga mengatakan karakter individu yang bijak secara alamiah dapat kita kenali ketika seseorang peka terhadap kepentingan orang lain. Pemikiran ini penting dalam membangun holding BUMN yang berdaya saing.

Ketiga, Adam Smith menyatakan, "Orang yang hidup sesuai penghasilannya, secara alami akan puas dengan keadaan dirinya yang secara terus-menerus, tumbuh lebih baik dan lebih baik setiap harinya. Secara bertahap, dia merasakan kepuasan berganda atas peningkatan kenyamanan dan kenikmatan."

Pemimpin menengah atas

Catatan ketiga ini penting, karena setiap individu selayaknya bahagia setelah berhemat demi memperoleh nilai tambah yang lebih tinggi di masa depan. Hemat di masa awal transisi merupakan sikap di saat BUMN harus membangun kekuatan daya saing yang tinggi.

Sentimen moral sebagai dasar rasionalitas ekonomi merupakan pilar kokoh untuk menjaga kepentingan bersama dan selaras dengan sila kelima karena (1) sikap tidak rakus, (2) sikap peka dan berhati-hati mencermati kepentingan masyarakat dan (3) sikap berhemat demi kemakmuran yang lebih besar di masa depan.  

Kedua, digitalisasi di tengah kompleksitas transformasi organisasi. Perkembangan zaman dalam sejarah peradaban manusia selalu dipicu oleh kemajuan teknologi dengan dampaknya selalu bak pedang bermata dua. Banyak yang diuntungkan, tapi juga banyak incumbent yang dirugikan pada masa awal inovasi teknologi mulai diadopsi. Berbagai kasus mulai dari Spotify sampai Airbnb, atau dari Alibaba sampai Discovery Insure, memberi ilustrasi yang gamblang tentang dampak adopsi inovasi teknologi di dalam kehidupan sosial masyarakat.  Baik dalam bentuk kemunduran usaha mau pun pertumbuhan kelas sosial baru.  

Ketajaman pemikiran yang meluas dalam proses transformasi BUMN akan menyediakan berbagai celah kecil untuk memanfaatkan perkembangan teknologi digital guna menurunkan tingkat kompleksitas organisasi BUMN sambil membangun powerhouse baru di kawasan Asia Pasifik.

Guna menstimulasi ketajaman berpikir di atas, paling tidak ada tiga prasyarat sebagai berikut. Perlu ada portofolio pemimpin tingkat menengah-atas di organisasi BUMN yang terdiri dari pemimpin senior yang matang dan generasi milenial yang kreatif mendobrak. Di beberapa BUMN sektor public utilities dan konstruksi sudah ada yang mulai membangun portofolio pemimpin di lapisan menengah-atas seperti ini.

Lantas, perlu ada adaptasi berbagai model bisnis baru. Mengubah metode perencanaan agar menjadi lebih dinamis, dan menemukan model pembiayaan yang lebih pas. Beberapa BUMN industri keuangan dan telekomunikasi (Telkom dan Telkomsel) sudah mulai menjadi pelopor.

Yang terakhir adalah perlu membuat arsitektur organisasi berbasis tim yang lebih terbuka, komunikatif, cepat belajar, dan didukung oleh infrastruktur digital yang terus beradaptasi dalam organisasi. Bank BUMN tampaknya sudah mulai konsisten membangun kapasitas organisasi seperti ini.

Kita perlu terampil mengadopsi inovasi praktik baru manajemen di era digital ini. Dan menjadikannya modal manajemen untuk terus menurunkan tingkat kompleksitas organisasi yang terlanjur diwariskan dalam bentuk tradisi organisasi akhir abad 20.

Ketiga, ambisi kolektif untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan. Di samping dasar rasionalitas ekonomi yang kokoh, dan kapasitas mentransformasi organisasi yang kompleks menjadi lebih sederhana dengan mengeksploitasi teknologi digital, para pimpinan BUMN juga patut mendefinisikan ambisi kolektif yang mudah dipahami oleh para stakeholders.

Formulasi ambisi kolektif itu harus memuat target yang bermakna bagi semua stakeholders. Contoh sederhana formulasi ambisi kolektif itu bisa saja diuraikan sebagai berikut. Seperti, BUMN Indonesia harus mencapai pertumbuhan kontribusi kepada APBN sebesar 10% per tahun, pertumbuhan ekspor sebesar 20% per tahun, dan pertumbuhan nilai kapitalisasi di pasar modal sebesar 30% per tahun selama lima tahun ke depan. Formulasi ambisi kolektif ini bisa diringkas menjadi "BUMN 123!" agar mudah diingat.

Sehingga, momentum membangun BUMN Indonesia sebagai powerhouse di Asia Pasifik adalah saat ini. Seperti kata Elvis Presley, It’s Now or Never! •

Alberto D. Hanani
Pengamat Manajemen Strategik dan Pengajar di MMUI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×