kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Antisipasi Bencana Ekologis


Selasa, 19 Januari 2021 / 09:35 WIB
Antisipasi Bencana Ekologis
ILUSTRASI.


Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - Bencana alam yang terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan kita semua. Terjadi di pengawal tahun ini, bencana longsor Sumedang, banjir besar Kalimantan Selatan, gempa bumi Sulawesi Barat dan erupsi Gunung Merapi dan Semeru. Betapa tidak, tak hanya ribuan rumah yang hancur baik akibat gempa atau terendam banjir, lebih dari itu ada ratusan korban yang terluka dan meninggal.

Laporan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menyebut dari sekian bencana alam terjadi akibat persoalan ekologi. Seperti banjir besar di Kalimantan Selatan (Kalsel), akibat dari ruang resapan yang kian hari kian berkurang. Misalnya luas Kalsel 3,7 juta hektare terdiri 13 kabupaten dan kota. Dari luas itu, 50%-nya sudah dibebani izin tambang 33% serta perkebunan kelapa sawit 17%.

Karut-marut tata kelola lingkungan dan sumber daya alam menimbulkan rusaknya lingkungan. Kita semua, tak hanya pemerintah pusat atau daerah, harus memikirkan persoalan ekologi agar ke depan bencana alam akibat persoalan ekologi dapat diantisipasi secara baik, agar tak lagi menimbulkan korban jiwa dan lingkungan yang semakin parah.

Selain itu, salah satu masalah fundamental dalam upaya pencegahan dini terhadap musibah bencana ialah bagaimana pemerintah membentuk struktur kelembagaan tentang relawan nasional. Tugasnya seperti juga yang dikembangkan di negara-negara maju, tak hanya bertugas pada masalah-masalah praktis, seperti bertugas mengevakuasi di daerah yang terkena bencana, atau merestrukturisasi bangunan-bangunan yang hancur dan sebagainya. Namun tugasnya diperluas dalam bentuk memberi bantuan dalam bidang pendidikan, masalah medis, informasi, keterampilan, dan lainnya.

Persiapan dini (early warning system) bukan berarti mempersiapkan hanya sebatas ketika akan terjadi bencana. Ketika bencana sudah lama tidak datang, bukan berarti persiapan itu lantas ditiadakan. Seharusnya yang dimaksud persiapan dini bersifat kontinu.

Di Australia, misalnya, menurut laporan Peter Britton, seorang manajer senior di Australian Volunteer International, telah mengembangkan dunia relawan semenjak dekade 50-an. Saat ini bidang volunteerism sudah sangat mapan dan bersifat permanen, bahkan go-international.

Lebih dari 5.000 relawan dari Australia pada tahun 80-90an pernah disebarkan ke negara-negara seperti Afrika, kepulauan di Pasifik, Amerika Latin, Timur Tengah maupun pada suku asli Australia, yang membutuhkan bantuan pertolongan dalam bidang medis dan kesehatan, pendidikan dan pengajaran, teknologi informasi, keterampilan sosial, dan pertanian.

Para relawan itu bekerja baik untuk pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun untuk masyarakat sipil (LSM) atau pihak-pihak swasta. Mereka diambil dari berbagai kalangan yang memiliki idealisme dan tanggung jawab serta memiliki kepekaan (sensitivitas) pada masalah-masalah sosial. Mereka dibekali kemampuan, atau mendapat pelatihan khusus dari lembaga yang menyelenggarakan relawan itu.

Di Australia, dunia relawan tak hanya bagi kepentingan negara-bangsa, namun dunia relawan juga diperuntukkan bagi negara-negara yang membutuhkannya, dan dieksekusi dalam sebuah jaringan international volunteerism. (Peter Britton, International Volunteerism and Global Survival, 2002).

Satu hal penting lagi, para relawan memiliki latar belakang komitmen pada keinginan dan kecintaan mereka untuk kemanusiaan. Dedikasi mereka ditujukan tak hanya bagi kepentingan negara itu sendiri, tapi lebih karena kepedulian untuk menolong sesama, belajar membina sensitivitas sosial, membuka hubungan dengan beragam etnik dan budaya.

Kontribusi relawan

Para relawan memberi kontribusi bagi pengembangan sebuah komunitas yang terkena bencana atau sebuah "komunitas-terbelakang" dilandasi kesetaraan hubungan kemanusiaan.

Di India dan Pakistan, relawan nasional bentukan LSM yang mengampanyekan bahaya HIV/AIDS dan bagaimana harus menghindarinya, didukung oleh pihak-pihak lokal, baik pemerintah maupun lembaga donor lokal.

Seorang aktivis dari Asian Resources Foundation, Thailand, Lekha Paireepinath, menyebut betapa esensialnya dunia relawan atas kelangsungan hidup kemanusiaan: bagi wanita yang sering terkena dampak patriarki sosial, anak-anak terlantar, pengungsi bencana maupun perang dan lain-lain, yang terjadi dalam sebuah komunitas negara atau local area. (Paireepinath, 2002).

Memang jauh dari memadai jika persoalan kemanusiaan ditimpakan hanya kepada pemerintah saja, atau hanya pada pihak-pihak non-pemerintah. Semestinya, pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun LSM-LSM yang beroperasi baik di pusat maupun di daerah, bergerak dalam satu visi kemanusiaan demi kesejahteraan dan kecintaan. Dalam hal itu, sudah saatnya Indonesia sebagai negara-bangsa memiliki sistem yang mapan dalam soal relawan, sebagaimana di negara-negara seperti Thailand, India, Pakistan, Australia, Jepang, Amerika, dan di negara-negara Eropa.

Dunia relawan merupakan perimbangan atas terjadinya bencana dan disparitas sosial di dalam masyarakat kurang beruntung dan daerah-daerah terpencil. Bagaimanapun dunia kita masih memiliki hampir semua problematik kemanusiaan, tak hanya bencana alam, tapi juga masih rentan konflik, problem sosial dari mulai anak-anak dan keluarga terlantar, mewabahnya penyakit menular HIV/AIDS. Semua itu menuntut upaya perbaikan lewat sebuah sistem yang terlembagakan dan diartikulasi oleh relawan-relawan kemanusiaan secara profesional, baik oleh pemerintah maupun non-pemerintah.

Dengan jaringan relawan ketika kita melihat tragedi kemanusiaan, kita tidak lagi berpikir mengapa dan apa yang harus diperbuat, dengan sebuah tanda tanya yang membingungkan. Melainkan kita sudah selalu siap atas kemungkinan-kemungkinan terburuk akan semua fenomena baik yang sudah, sedang dan belum terjadi.

Penulis : Ismatilah A Nuad

Peneliti Indonesian Institute for Social Research and Development Jakarta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×