kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonomi Lebaran


Jumat, 08 Juni 2018 / 10:03 WIB
Ekonomi Lebaran


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: Tri Adi

Arus mudik mulai berdetak kencang. Kementerian Perhubungan (Kemhub) memperkirakan, sebanyak 30 juta orang bakal melakoni ritual pulang kampung pada Lebaran tahun ini. Dan, puncak arus mudik akan terjadi hari ini (8/6) dan besok (9/6) atawa tujuh dan enam hari sebelum Hari Raya Idul Fitri (H-7 dan H-6).

Seiring arus mudik yang mengalir deras, perekonomian ikut berdenyut kencang. Para pemudik siap merogoh kocek dalam-dalam untuk perjalanan mudik dan selama berlebaran di kampung halaman.

Bukan berarti yang enggak mudik tidak royal. Mereka pun siap membelanjakan uangnya untuk berbagai kebutuhan hari raya. Misalnya, membeli baju baru dan kue Lebaran. Yang tidak berhari raya pun siap mengeluarkan uangnya. Ambil contoh, untuk berlibur ke Bali. Maklum, libur Lebaran tahun ini lebih panjang, setelah pemerintah menambah jumlah hari cuti bersama.

Dan, perputaran duit Lebaran 2018 makin kencang, pasca pemerintah memberikan tunjangan hari raya (THR) kepada pegawai negeri sipil (PNS) dan pensiunan.

Tak heran, Bank Indonesia memproyeksikan, di musim Ramadan dan Lebaran tahun ini, suplai uang tunai lebih besar dibanding periode sama tahun lalu. Kebutuhan uang tunai saat hari raya tahun ini bisa mencapai Rp 188,2 triliun, meningkat 15,3% ketimbang suplai tahun lalu sebesar Rp 163 triliun.

Ekonomi Indonesia tentu bakal menadah stimulus dari perputaran uang yang tinggi selama Lebaran. Sejumlah sektor usaha pun siap menangkap berkah hari raya. Contoh, sektor ritel, transportasi, pariwisata, dan kuliner. Harapannya, kondisi ini bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi kita.

Sebab, itu tadi, Lebaran selalu berdampak terhadap peningkatan konsumsi rumahtangga. Dan, konsumsi rumahtangga adalah sumber utama pertumbuhan. Tahun lalu, konsumsi rumahtangga menyumbang 56,13% dari total produk domestik bruto (PDB) kita.

Daerah asal pemudik pun menikmati peningkatan konsumsi tersebut, sekalipun hanya berlangsung sementara lantaran hanya bersifat konsumsi. Bukan karena investasi yang bisa mendongkrak perekonomian secara berkelanjutan.

Sebut saja, satu pemudik menghabiskan uang Rp 100.000 di kampung halaman. Dengan perkiraan 30 juta pemudik pada Lebaran tahun ini, maka uang yang berputar di daerah total Rp 3 triliun. Ya, ekonomi mudik memang selalu menjadi pendorong ekonomi di negara kita.n

S.S. Kurniawan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×