kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

G30S alias PKI


Selasa, 26 September 2017 / 16:28 WIB
G30S alias PKI


| Editor: Tri Adi

Pada waktu saya kecil, pemerintahan begitu garang dan menguasai semua jalur informasi. Saya dan kebanyakan orang di negeri ini minim sekali informasi tentang sejarah negeri ini, apalagi berkaitan dengan komunis. Semua orang seperti bersepakat melihat PKI sebagai hal yang tabu.

Menginjak bangku SD, setiap tahun saya dan teman-teman satu sekolah wajib menonton film Pengkhianatan G30S/ PKI. Berulang-ulang film yang sama, yaitu produksi  Pusat Produksi Film Nasional dengan sutradara Arifin C. Noer.

Setelah hampir 20 tahun "menghilang", kini film G30S/ PKI kembali ramai dibicarakan. Pandangan yang kontra mempertanyakan nonton bareng film ini karena ada beberapa kesalahan yang dianggap cukup signifikan dalam film ini. Sementara pandangan yang pro melihat perlunya pemutaran ulang film ini untuk mengingatkan anak-anak muda sekarang tentang bahaya komunis dan membangun kewaspadaan mereka untuk kemungkinan bangkitnya kembali komunis saat ini.

Tapi saya tidak mau terjebak atas pandangan pro dan kontra tentang masalah pemutaran film ini, saya justru heran dengan ngototnya orang-orang dengan pandangannya masing-masing. Yang sedang kita bicarakan adalah sebuah film, sebuah karya yang pastinya mengandung subjektivitas dan kepentingan dari penulis naskah, produser, dan sutradara.

Apakah kepentingan itu sudah mengacu kepada kepentingan kekuasaan sebuah rezim atau kelompok tertentu, tentu hanya mereka semua yang mengerti. Yang pasti pemerintah menghabiskan uang luar biasa besar untuk film ini. Film semi dokumenter, sejarah dan drama yang diproduksi tahun 1984 itu konon kabarnya menelan biaya
Rp 800 juta, entah setara dengan berapa ratus miliar atau triliun di saat sekarang ini.

Saya lebih membuka wacana pembuatan film baru tentang "peristiwa gelap" di negeri ini. Bukan hanya dibuat menjadi lebih bisa diterima anak muda sekarang, tapi juga membuatnya dari berbagai sisi atau rentang waktu lain untuk bisa membuat sejarah kita di tahun 1945-1965 bisa menjadi lebih terang.

Saya rasa tidak perlu terlalu banyak orang tersinggung dengan wacana pembuatan film baru. Saya kira film ini bukan kitab suci tentang  sejarah di negeri ini yang tidak bisa digantikan. Ini hanya sebuah film yang sepertinya mendapatkan banyak sekali royalti, karena tak putus-putus diputar ulang oleh masyarakat negeri ini.                               

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×