kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga BBM


Selasa, 13 Maret 2018 / 13:48 WIB
Harga BBM


| Editor: Tri Adi

Kadung sudah berjanji hingga berulang kali bahwa harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tidak bakal naik sampai 2019 nanti, pemerintah harus membayar mahal kesanggupan itu. Biar harga solar tidak naik, pemerintah mesti mengerek anggaran subsidi, dari sebelumnya hanya Rp 500 per liter menjadi Rp 1.000 seliter.

Dengan begitu, beban PT Pertamina sebagai pelaksana penugasan solar tidak terlalu berat. Soalnya, harga keekonomian solar saat ini sudah jauh di atas harga jual solar subsidi yang masih di angka Rp 5.150 per liter. Maklum, sejak pertengahan tahun lalu, harga minyak mentah terus mendaki.

Sepanjang dua bulan pertama tahun ini saja, harga minyak mentah Indonesia (ICP) rata-rata sudah bertengger di level US$ 63,6 per barel. Padahal, pemerintah hanya mematok ICP di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar US$ 48 per barel.

Tapi tetap, Pertamina harus memikul beban, sekalipun pemerintah sudah menaikkan subsidi solar. Sebab, subsidi Rp 1.000 seliter masih belum cukup menutup selisih harga jual solar dengan harga keekonomian bahan bakar jenis ini. Pertamina yang harus tombok untuk menutup seluruh kekurangannya.

Beban Pertamina makin berat lantaran harga premium juga tidak naik, tetap Rp 6.450 per liter. Padahal, pemerintah sudah tak menyuntikkan subsidi lagi tetapi tetap mengatur harga premium.

Hanya, beban Pertamina untuk premium bisa jadi berkurang. Sebab, konsumsi bahan bakar jenis ini terus menyusut. Hingga Oktober tahun lalu, penggunaan premium hanya 7,34 juta kiloliter (kl) atau rata-rata 0,73 juta kl per bulan. Kalau selama dua bulan terakhir di 2017 konsumsi per bulan di angka yang sama, maka sampai akhir tahun penggunaan premium sekitar 8,81 juta kl. Angka ini jauh di bawah konsumsi premium 2015 dan 2016 yang masing-masing mencapai 15,91 juta kl dan 11,23 juta kl.

Habis, Pertamina mengurangi pasokan premium ke stasiun-stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Mau tidak mau, sebagian masyarakat terpaksa beralih ke Pertalite. Ini yang membuat konsumsi Pertalite untuk pertama kalinya menyalip penggunaan premium. Per Oktober 2017, konsumsi BBM oktan 90 itu mencapai 9,91 juta kl.

Masalahnya, harga Pertalite belakangan juga terus naik dan kini berada di angka Rp 7.600 per liter. Giliran beban masyarakat yang bertambah. Dan, potensi harga Pertalite kembali naik tetap terbuka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×