kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Koalisi pemberdayaan


Senin, 11 Juni 2018 / 11:18 WIB
Koalisi pemberdayaan


Reporter: Syamsul Ashar | Editor: Tri Adi

Beberapa pekan terakhir ini dunia media sosial di Indonesia kembali digaduhkan oleh  manuver politisi gaek Amin Rais, yang membuat foto bareng dengan Habib Riziq Shihab dan Prabowo Subianto. Lalu membuat pernyataan  politik berlatar belakang kiblat umat Islam, Kabah.

Seperti biasa, manuver ini langsung menuai pro dan kontra di masyarakat. Ada yang bernada nyinyir, ada yang memuji, dan ada juga  yang berharap pertemuan tokoh-tokoh yang selama ini mengkritisi pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla ini membawa angin sejuk bagi kehidupan bernegara di Indonesia.

Entah mengapa masyarakat Indonesia langsung responsif dengan kejadian-kejadian seperti ini. Apalagi dengan momentum-momentum yang mengatasnamakan ummat.

Namun, di balik kegaduhan manuver-manuver politik yang mengatasnamakan ummat seperi ini, sejatinya tak banyak pemimpin negeri bahkan mayoritas masyarakat ini yang peduli dengan perekonomian ummat.

Terbukti masih minim masyarakat muslim yang paham dengan ekonomi berbasis syariah. Apalagi yang sudah menggunakan produk keuangan berbasis syariah.

Misalnya cara masyarakat menyimpan dana, meskipun penduduk muslim mencapai 85% dari total jumlah penduduk, yang sudah menyimpan dana di perbankan syariah per akhir April 2018 jumlahnya baru mencapai Rp 348,9 triliun. Sementara yang menyimpan di bank konvensional mencapai Rp 5.293 triliun.

Tak hanya itu, aset bisnis lembaga keuangan syariah non bank juga baru Rp 99,4 triliun. Padahal yang di industri keuangan non bank konvensional di Indonesia, totalnya sudah lebih dari Rp 1.000 triliun.

Bisa kita bayangkan, jika total dana masyarakat di perbankan syariah itu semua bayar pajak 2,5% sudah ada dana Rp 8,7 triliun yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan ummat. Faktanya, pembayar zakat dalam perkiraan Badan Amil Zakat Nasional baru mencapai kisaran Rp 7 triliun.

Padahal jika tokoh-tokoh masyarakat dan pemimpin ummat bisa menggairahkan semangat seluruh masyarakat untuk memberdayakan kegiatan ekonomi ummat, lebih  giat mengajak membayar zakat, niscaya masalah-masalah sosial seperti kemiskinan, pengangguran, gini rasio yang rendah, tidak cuma jadi bahan pidato dan orasi-orasi politik. Kiranya Ramadan dan Lebaran tahun ini bisa jadi momentum bagi kita semua untuk mulai berbuat nyata bagi ummat, bukan menjual nama umat. •

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×