kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45916,64   -18,87   -2.02%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kurang piknik?


Kamis, 19 Oktober 2017 / 14:36 WIB
Kurang piknik?


| Editor: Tri Adi

Sejumlah mal boleh sepi, tapi tidak dengan beberapa tempat wisata. Ambil Contoh, Taman Wisata Alam Gunung Pancar yang terkenal dengan hutan pinusnya. Akhir pekan lalu, pelancong lokal memadati objek wisata yang ada di daerah Citeurep, Bogor, ini.

Daya beli secara umum boleh belum pulih, tapi tampaknya tidak dengan konsumsi rekreasi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi, dan olahraga jadi penyumbang inflasi terbesar September lalu, dengan andil 0,08%. Biaya rekreasi mengalami inflasi 0,01%. Inflasi bulan lalu tercatat 0,13%.

Inflasi bisa berarti peningkatan permintaan. Dan memang, minat masyarakat kita untuk melancong semakin tinggi. BPS mencatat, ada peningkatan konsumsi untuk kegiatan bersenang-senang seperti jalan-jalan. Konsumsi rumahtangga untuk leisure pada kuartal II 2017 tumbuh 6,25%, lebih tinggi dari pertumbuhan di triwulan I yang hanya 5,5%. Sementara konsumsi non-leisure melambat, dari 5% jadi 4,75%. BPS menilai, ada pergeseran konsumsi, dari non-leisure ke leisure.

Kementerian Pariwisata tahun ini menargetkan 265 juta perjalanan wisatawan nusantara, dengan pengeluaran total mencapai Rp 246 triliun. Target ini lebih tinggi dari realisasi tahun lalu, dengan 264,34 juta perjalanan dan pengeluaran sebanyak Rp 241,67 triliun.

Jumlah perjalanan dan pengeluaran wisatawan lokal terus bertambah dari tahun ke tahun. Bahkan, pada 2015, Kementerian Pariwisata hanya memasang target total pengeluaran wisatawan dalam negeri sebesar Rp 191,25 triliun. Tapi realisasinya mencapai Rp 224,65 triliun.

Kemunculan tempat-tempat wisata baru atau selama ini tersembunyi di tanah air turut mendongkrak minat masyarakat untuk melancong. Apalagi, lokasinya enggak jauh-jauh amat dari kota-kota besar. Dan, tiket masuknya juga murah meriah. Dengan pemandangan ciamik dan fasilitas unik buat swafoto, tempat wisata itu menyedot turis lokal dari berbagi lapisan masyarakat.

Nah, pemerintah harus memanfaatkan pergeseran konsumsi masyarakat dari non-leisure ke leisure tersebut. Dengan begitu, daya beli tetap terjaga, bahkan terus tumbuh. Tak sekadar mempromosikan tempat wisata, pemerintah juga mesti membangun infrastrukturnya. Selama ini, banyak yang mengeluhkan sarana dan prasarana yang buruk. Tak hanya saat menuju tempat wisata, juga di lokasi wisata.

Biar ke depan tidak ada lagi istilah dan sindiran: kurang piknik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×