kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menyiapkan kepemimpinan milenial


Selasa, 10 Oktober 2017 / 11:33 WIB
Menyiapkan kepemimpinan milenial


| Editor: Tri Adi

Interaksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan penyanyi cantik Raisa di Istana Presiden, beberapa bulan yang lalu, menjadi viral dan tranding topic di media sosial. Menariknya, momen tersebut kini kembali disinggung Jokowi saat berpidato dalam talkshow bertajuk “Ekonomi Baru di Dunia Digital” belum lama ini.

Tentu Jokowi hendak mengirimkan pesan bahwa berbicara ekonomi digital tidak bisa dilepaskan dari generasi milenial atau generasi Y yang lahir tahun 1982-1995, beberapa menyebut hingga sebelum tahun 2000.

Perlahan namun pasti, generasi milenial akan mendonimasi berbagai aspek kehidupan. Tahun 2025, sebanyak 75% angkatan kerja dunia dikuasai generasi Y. Di saat yang sama, Indonesia di tahun 2020-2030 mendapatkan bonus demografi. Jumlah usia angkatan kerja (15 tahun-64 tahun) mencapai 70%, sedang 30% lainnya berada di usia tidak produktif. Artinya, Indonesia akan memiliki sekitar 180 juta orang berusia produktif, sedang usia tidak produktif sekitar 60 juta jiwa.

Kondisi tersebut tentu bisa menjadi berkah namun juga musibah bagi Indonesia. Menjadi berkah apabila pemimpin Indonesia mampu mempersiapkan generasi milenial dengan baik. Menjadi musibah bila generasi itu gagal dipersiapkan lantaran generasi katanya, susah diatur.

Berasal dari beasiswa  

Karenanya, Presiden Jokowi harus mampu membaca keberadaan generasi milenial sebagai peluang untuk mempercepat kemajuan bangsa. Apalagi Presiden Jokowi punya impian besar. Salah satu impian Jokowi adalah menjadikan Indonesia sebagai negara yang mandiri dan paling berpengaruh di Asia Pasifik sekaligus menjadi barometer pertumbuhan ekonomi dunia.

Tentu keberanian sang presiden bermimpi besar untuk Indonesia patut kita apresiasi. Mimpi seorang pemimpin adalah pantulan optimisme. Semisal Tiongkok bisa maju seperti sekarang tentu karena berani bermimpi.  

Para pemimpin Tiongkok -seperti Mao Tse-tung, Deng Xiaoping, dan Xi Jinping- punya mimpi besar dan panjang dalam membangun negaranya. Misal, mimpi mengalahkan Amerika Serikat (AS) pada 2049 atau 100 tahun setelah Tiongkok berdiri. Lalu, pada Maret 2005, Pusat Penelitian Modern Tiongkok mencanangkan target: 2015 menyamai Jepang, 2050 jadi negara maju secara relatif, 2080 jadi negara maju menyamai AS, dan 2100 jadi adidaya menggantikan AS (Susilo, 2016).

Namun mimpi besar perlu dibarengi langkah besar untuk mewujudkannya. Tentu ikhtiar Presiden menggenjot pembangunan infrastruktur secara masif saat ini patut dipuji. Namun untuk menuju negara maju, pembangunan sumber daya manusia (SDM) tak kalah penting digalakkan.

Maka Jokowi juga perlu menjalankan apa yang disebut kepemimpinan milenial. Yakni kepemimpinan yang peduli dengan masa depan generasi milenial. Ingat generasi milenial merupakan agen perubahan masa depan.  

Jika 70% masyarakat Indonesia berumur 30 tahun-40 tahun pada tahun 2025 nanti dibekali skill dan kompetensi, maka mimpi Indonesia menjadi negara berpengaruh di Asia Pasifik sekaligus menjadi barometer pertumbuhan ekonomi dunia bukanlah isapan jempol.

Secara praktis, kepemimpinan milenial dapat dijalankan dengan menyiapkan generasi emas, yakni mendorong generasi milenial menempuh jenjang pendidikan setinggi-tingginya dan sebaik-baiknya di berbagai perguruan tinggi terbaik di dunia. Di saat yang sama, leadership skill generasi milenial juga perlu terus diasah.

Kita bersyukur ikhtiar menyiapkan generasi emas lamat-lamat mulai tumbuh di kalangan para pemimpin. Hadirnya program beasiswa LPDP, Dikti, ataupun beasiswa unggulan sekadar sebagai bukti. Kita juga patut bersyukur ikhtiar tersebut juga hadir dari para filantropi Indonesia melalui beragam beasiswa seperti Djarum Beasiswa Plus, Tanoto Foundation, Supersemar, dan lainnya. Malah ada beasiswa yang secara khusus tidak sekadar memberi beasiswa, namun juga mempersiapkan calon-calon pemimpin bangsa melalui beragam kegiatan dan pelatihan kepemimpinan.

Tentu ikhtiar tersebut tidak boleh surut, alias mesti terus dipupuk tanpa henti. Presiden Jokowi sebagai penjaga gawang Republik Indonesia  ini, harus serius menyiapkan regenerasi emas dengan menancapkan kepemimpinan milenial, sebuah kepemimpinan yang akan membawa bangsa Indonesia ke gerbang kemajuan di tahun-tahun mendatang. Semoga impian tersebut tercapai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×