kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,22   -11,30   -1.21%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meredam tekanan eksternal


Senin, 21 Mei 2018 / 14:23 WIB
Meredam tekanan eksternal


Reporter: Tri Adi | Editor: Tri Adi

Arus modal asing keluar di pasar modal dalam negeri menimbulkan kekhawatiran terhadap stabilitas keuangan domestik. Dari awal tahun sampai akhir pekan  lalu, aksi jual bersih (net outflow) sebesar Rp 40,3 triliun di pasar saham, di pasar obligasi mencapai outflow Rp 8,9 triliun

Penurunan kapitalisasi investor terutama dipengaruhi faktor eksternal. Kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), prospek perekonomian AS yang membaik, potensi kenaikan inflasi dan kebijakan Pemerintahan Trump mendorong aset berbasis dollar AS kian menarik dan diburu pasar. Tekanan terhadap pasar keuangan domestik sulit dibendung.

Tekanan menjalar ke pasar valuta asing yang menggerus nilai tukar rupiah ke Rp 14.100 per dollar AS, terendah sejak Oktober 2015. Dollar AS terapresiasi terhadap hampir semua mata uang global, terlihat dari kenaikan Indeks Dollar ke level 90-an. Penguatan dollar AS  dampak  kenaikan imbal hasil (yield) obligasi Pemerintah AS  tenor 10 tahun hingga mencapai 3,03%, tertinggi sejak 2013. Menghadapi kondisi ini, bank sentral mengambil peran guna meredam gejolak lebih besar.

Bank sentral memiliki beberapa instrumen kebijakan untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan. Bauran kebijakan Bank Indonesia (BI)  mencakup kebijakan makroprudensial dan moneter, terdiri atas lima instrumen kebijakan utama yakni  kebijakan suku bunga, nilai tukar, pengaturan aliran dana investasi, kebijakan makroprudensial dan moneter.

Dalam kaitan suku bunga, dalam rapat Dewan Gubernur BI pekan lalu lalu akhirnya level suku bunga acuan 7-days reverse repo rate naik sebesar 25 basis poin  menjadi 4,5%. BI memberi sinyal tidak menutup ruang bagi penyesuaian suku bunga kebijakan 7-days reverse repo rate tahun ini. Kenaikan ini adalah yang pertama kali sejak Agustus 2017.

Keputusan BI ini sesuai ekspektasi pasar seiring adanya gejolak pasar global. Kami menilai kenaikan 7-days reverse repo rate sebesar 25 bps-50 bps tidak akan berdampak besar terhadap pertumbuhan produk domestik bruto (PDB). Kebijakan tersebut diperkirakan berdampak pada sektor riil dan penyesuaian pada suku bunga perbankan baik suku bunga simpanan maupun pinjaman. Kenaikan 7-days reverse repo rate diharapkan  mengurangi tekanan di pasar saham dan obligasi.

Selanjutnya, sebagai bagian dari kebijakan nilai tukar, bank sentral juga berada di pasar dan melakukan intervensi untuk meredam pelemahan rupiah lebih jauh. BI juga mengoptimalkan instrumen operasi moneter didukung upaya pengembangan pasar keuangan agar tetap menjaga ketersediaan likuiditas. Bank sentral juga telah melakukan bilateral swap agreement dan bilateral currency swap agreement dengan beberapa negara seperti Jepang, Korea Selatan dan Australia.

Dengan volatilitas pasar finansial global yang masih tinggi, perpindahan arus modal dari investor asing (capital flight) menjadi sangat rentan. Oleh karena itu, peran investor domestik yang kuat menjadi sangat penting untuk menjaga kestabilan pasar finansial  dalam negeri.

Di separuh kedua tahun ini,  diharapkan fundamental ekonomi lebih baik dan persepsi positif investor kembali meningkat. Namun tetap harus diwaspadai beberapa risiko yang dapat memicu keluarnya aliran dana asing. Antara lain perubahan kebijakan moneter bank sentral global, arah pergerakan imbal hasil obligasi AS dan potensi kenaikan fed funds rate lebih agresif merupakan beberapa faktor yang harus dicermati.

Tak lepas kondisi geopolitik antarnegara juga menjadi faktor yang harus dicermati. Dari domestik, kami melihat risiko inflasi akibat pelemahan nilai tukar rupiah dan kenaikan harga bahan bakar minyak.

Transmisi kebijakan moneter dan fiskal serta implementasi kebijakan ekonomi efektif diharapkan meningkatkan kepercayaan investor terhadap pasar keuangan dan prospek ekonomi Indonesia. Kami melihat masih ada ruang kenaikan 7-days reverse repo rate sebesar 25 bps lagi menjelang akhir tahun 2018 lantaran masih ada potensi kenaikan fed funds rate dan tekanan dari sisi neraca pembayaran serta kenaikan harga minyak dunia yang dapat menimbulkan inflasi.


Reny Eka Putri
Senior Quantitative Analyst Office of Chief Economist Bank Mandiri

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×