kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemain saham


Kamis, 15 Maret 2018 / 13:43 WIB
Pemain saham


| Editor: Tri Adi

Zaman now, berinvestasi di pasar saham itu lebih menyenangkan dibandingkan dulu. Dari sisi modal, karena sekarang satu lot cuma berisi 100 saham, investor yang kantongnya tidak terlalu gendut jadi lebih gampang membeli saham. Dari sisi teknologi, sekarang cukup menggunakan ponsel sambil tiduran di ranjang, investor sudah bisa memiliki saham.

Selain itu, sekarang investor saham juga lebih mudah mencari info seputar pasar saham. Investor bisa bergabung dengan grup WhatsApp atau Telegram soal saham. Pemain saham juga bisa menemukan teman sesama nyangkuter di grup-grup saham seperti ini.

Fenomena lain yang tampak di grup-grup saham ini adalah cukup banyak investor atau pemain saham yang cuma jadi pengikut. Mereka lebih sering bertanya, "Saham ini bisa naik sampai berapa, Pak"? Atau, "Saham ini masih hajar kanan enggak, Mas"? Dan banyak pertanyaan lain yang sejenis.

Pemain saham yang seperti ini masih cukup banyak di bursa dalam negeri. Jadi, jangan heran kalau masih sering terdengar cerita investor atau pemain saham yang kehilangan duit dalam jumlah besar, gara-gara terpikat membeli saham yang harganya sudah naik tinggi dan telat menjual saham saat harganya turun.

Investor atau pelaku pasar macam ini idealnya perlu menjadi pertimbangan para petinggi Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam membuat kebijakan. Apalagi, mau tidak mau harus diakui, meski BEI sekarang sudah gencar melakukan sosialisasi investasi saham, masih banyak masyarakat yang tertarik berinvestasi di saham lantaran ingin seperti tetangganya yang sukses di saham.

BEI misalnya, berniat melonggarkan aturan initial public offering untuk perusahaan migas dan start up. Perusahaan migas dan rintisan yang masih rugi boleh menjajakan sahamnya di bursa. BEI memang sudah melakukan ini untuk saham-saham sektor batubara.

Di satu sisi, pelonggaran aturan ini positif. Akan lebih banyak perusahaan yang bisa melepas sahamnya di bursa. Investor pun punya banyak pilihan saham.

Tapi, bila emiten yang masih merugi melepas saham di bursa, risiko berinvestasi di emiten tersebut jadi lebih tinggi. Bagaimana seandainya emiten tersebut terus merugi? Alih-alih untung, investor bisa jadi buntung, terutama investor atau pemain saham yang cuma ikut-ikutan.

Karena itu, otoritas bursa perlu membuat aturan main yang sangat tegas. Edukasi ke pemain saham juga masih perlu dilakukan.          

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×