kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,59   -9,90   -1.07%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemenang di Piala Dunia


Senin, 16 Juli 2018 / 12:50 WIB
Pemenang di Piala Dunia


Reporter: Djumyati Partawidjaja | Editor: Tri Adi

Setiap empat tahun negara-negara di seluruh dunia mengutus para jagoannya bertarung di Piala Dunia. Mereka bertarung dalam pertandingan sepak bola berbabak-babak untuk membuktikan siapa yang paling digdaya dalam olahraga yang paling populer di planet ini.  

Dan, setiap Piala Dunia bergulir, ramai juga orang menebak siapa yang akan menjadi juaranya. Bursa taruhan pun selalu ramai diisi orang-orang yang bertaruh. Para petaruh itu bisa sekadar jatuh cinta dan meyakini kesebelasannya akan selalu memenangkan pertandingan sehingga akhirnya jadi juara dunia.  

Ada juga petaruh yang memainkan logikanya dan melakukan riset dengan memelototi berbagai statistik pertandingan, sampai membuat model perhitungan untuk bisa menemukan sang juara dunia. Ada lagi petaruh yang menaruh kepercayaan ke binatang peliharaan, mulai dari gurita, burung, anjing, kucing yang dianggap bisa memberikan petunjuk tepat.

Tak ada yang tahu berapa persisnya jumlah uang taruhan yang beredar setiap Piala Dunia berlangsung. Tapi orang-orang di pasar modal, biasanya akan memaklumi transaksi sepi setiap Piala Dunia berlangsung. Ini bukan fenomena di Indonesia, tapi menurut riset ekonom Bank Sentral Eropa volume perdagangan saham di negara yang sedang bermain di Piala Dunia bisa turun sampai 48%.

Sepak bola memang olahraga yang jadi kegemaran orang-orang di hampir semua muka bumi ini. Permainan yang diciptakan di Inggris ini bisa mempersatukan manusia dari semua hierarki sosial, agama, status ekonomi, dan ras yang ada di dunia.

Itulah sebabnya, walau Prancis dan Kroasia yang bertanding di final Piala Dunia 2018 Rusia, untuk saya juara dunia kali ini adalah anak-anak dari klub sepak bola Wild Boars.  

Anak-anak berusia 11-16 tahun itu mampu bertahan walau terjebak lebih dari dua minggu di dalam gua gelap nan sunyi di pelosok Thailand. Mungkin ada yang bertanya-tanya kenapa mereka harus diagung-agungkan. Lagi pula, apa sih prestasi mereka selain terjebak dalam gua?

Bisa dibayangkan 12 anak dan pelatihnya yang terjebak di dalam gua adalah anak-anak belia atau sering disebut anak milenial. Generasi yang terkenal dengan sikap manja, mudah menyerah, dan tidak mau susah. Tapi mereka membuktikan tidak semua anak milenial seperti itu, mereka mau tabah menunggu dalam kegelapan, kelaparan, tanpa ada kepastian selamat selama berhari-hari di dalam gua.  

Kesabaran dan ketabahan mereka mampu menggerakkan tekad ribuan orang untuk bekerja bahu membahu dengan sukarela tanpa mengharapkan imbalan apa pun, sekalipun imbalan ketenaran.

Ada ratusan pasukan katak Thailand dan penyelam profesional domestik maupun mancanegara untuk berhari-hari melakukan operasi penyelamatan. Bukan hanya itu, para petani merelakan tanamannya tergenang sekitar 128 juta liter air yang dipompa keluar dari gua oleh para tukang pompa yang bekerja siang malam.

Ada juga jasa laundry, penjual makanan, tukang es krim, bahkan tukang pijat yang sukarela memberikan jasa gratis kepada tim penyelamat.  

Setiap orang yang terketuk hatinya rela menyumbangkan apa pun yang mereka punya untuk membantu keberhasilan operasi penyelamatan. Upaya penyelamatan yang luar biasa. Saya membayangkan kalau hal yang sama terjadi di negeri kita.

Banyak orang sudah lupa tujuan berolahraga, mereka malah membuat berbagai macam olahraga menjadi bisnis komersial. Para pemenang diangkat-angkat sampai mungkin setara dengan dewa, tapi pada waktu kalah mereka mungkin ‘dikubur’ dalam-dalam. Anak-anak itu sudah mengingatkan kita kembali.•           

Djumyati Partawidjaja

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×