kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemilu negeri jiran


Senin, 28 Mei 2018 / 14:31 WIB
Pemilu negeri jiran


Reporter: Cipta Wahyana | Editor: Tri Adi

Malaysia baru saja menyelesaikan pemilihan umum. Dunia terkejut melihat hasilnya. Koalisi oposisi Pakatan Harapan pimpinan Mahathir Muhamad sukses mengalahkan koalisi petahana Barisan Nasional yang dikomandoi Najib Razak. Alhasil, Mahatir pun dilantik menjadi Perdana Menteri Baru Malaysia pada usia 92 tahun.

Usia senja tak mengurangi semangat Mahathir untuk langsung menggebrak. Selain membongkar dugaan korupsi yang dilakukan Najib, Mahathir juga mengaudit pemerintahan sebelumnya. Hasilnya, berbagai dugaan penyimpangan pemeritahan Najib mulai terkuak. Salah satunya soal nilai utang Malaysia yang jauh lebih besar dari nilai yang dilaporkan oleh Najib selama ini.

Menteri Keuangan baru Lim Guan Eng mengungkapkan bahwa sejatinya, total utang dan kewajiban pemerintah Malaysia telah mencapai RM 1,083 triliun atau 80,3% dari produk domestik bruto (PDB). Ini jauh melampaui pagu anggaran yang cuma 55%. Mahathir pun menuduh Najib telah mengelabuhi publik dengan melaporkan bahwa utang pemerintah baru 50,8% dari PDB dan jauh di bawah pagu. Najib mengakali aturan pagu utang dengan menjamin utang proyek-proyek besar yang belakangan bermasalah.

Tahun depan, negeri kita juga akan menggelar pemilu. Peristiwa yang terjadi di Malaysia memberikan peringatan kepada para politikus yang akan terjun ke kancah pemilu. Ada berbagai golden rule yang jika dilanggar akan menimbulkan dampak buruk di masa mendatang.

Aturan pertama, sekencang apapun si politikus berusaha mencengkeram kekuasaannya, jika mayoritas rakyat tidak menghendakinya, pada akhirnya, kekuasaan itu akan terlepas. Dari sisi sebaliknya, jika mau menang pemilu, partai-partai peserta pemilu harus bisa memenangkan hati mayoritas rakyat. Tentu, cara-caranya harus terhormat.

Para politikus juga mesti sadar bahwa menjadi wakil rakyat, presiden, menteri, atau pemimpin daerah, pada hakekatnya adalah menjadi pelayan rakyat. Dus, setelah memenangi pemilu, para pengendali pemerintahan harus berlomba-lomba melayani rakyat agar mereka sejahtera. Mereka juga harus menjalankan pemerintahan dengan jujur.

Jika visi mulia ini tidak dimiliki, biasanya, si penguasa akan sibuk melanggengkan kekuasaan dengan segala cara. Korupsi, menghalalkan praktik politik primordialisme, dan hal-hal tak terpuji lain lantas menjadi kebiasaan. Mereka lupa bahwa roda akan berputar ada aturan pertama yang tidak bisa dilawan.

Cipta Wahyana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×