kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,20   6,85   0.74%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Segera bereskan masalah


Selasa, 16 Januari 2018 / 11:36 WIB
Segera bereskan masalah


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Tri Adi

Ekspor bisa meningkat bila Pemerintah Indonesia dan para pelaku industri menyelesaikan berbagai hambatan dalam negeri. Ekspor industri yang bertumbuh sejatinya juga terjadi  industri tekstil. Tapi saya melihat ekspor industri tekstil tahun lalu hanya tumbuh antara 3% sampai 5%.

Jika dibandingkan dengan tahun 2012 lalu, pertumbuhan ekspor bisa di atas 5%. Saya melihat kinerja perusahan  tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri masih belum banyak perbaikan.

Sebagai industri padat karya, masalah klasik terus mengganjal dalam beberapa tahun terakhir. Baik dari sisi masalah produksi maupun non-produksi yang kalah bersaing dengan negara-negara lain.

Ekspor bisa bertumbuh dengan baik bila permasalahan internal di negara ini bisa selesai. Setidaknya ada tiga faktor yang mengganjal dan perlu segera dilakukan perbaikan. Pertama, sebagai salah satu sektor penyumbang tenaga kerja yang besar yakni sebanyak 2,8 juta orang, tingkat produktivitas industri teksil masih sangat rendah. Ditambah lagi upah kerja setiap tahun meningkat.

Kedua, dari segi dukungan energi kita juga kalah. Tengok saja, biaya listrik dan harga gas yang  masih tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain  juga belum dapat terselesaikan hingga sekarang. Bila kondisi ini terus berlanjut, daya saing produk tekstil semakin jauh  tertinggal.

Ketiga, dari sektor impor bahan baku seperti kapas seharusnya dipermudah. Sedangkan impor barang jadi seperti garmen dan juga kain seharusnya diperketat. Sehingga, jangan sampai industri padat karya ini gulung tikar.

Kemudian, dari segi kerjasama antar negara  harus diperkuat. Ingat negara potensial seperti Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang memiliki permintaan yang tinggi. Indonesia hanya punya perjanjian kerjasama dengan Jepang. Sementara Uni Eropa belum ada perjanjian kerjasama. Padahal Vietnam tahun ini sudah menggandeng Uni Eropa dan kita ketinggalan.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×