kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sinyal The Fed


Selasa, 09 Maret 2021 / 07:06 WIB
Sinyal The Fed
ILUSTRASI.


Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - Pertemuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) pekan depan tepatnya 16-17 Maret 2021 bakal menjadi perhatian pasar. Pasar menanti sinyal lebih tegas dari The Fed soal arah kebijakan bank sentral paling berpengaruh di dunia.

Maklum, pasar tengah berspekulasi bahwa The Fed bakal mengetatkan kebijakan moneternya menyusul naiknya imbal hasil surat utang AS atau US Treasury belakangan ini. Jumat pekan lalu, misalnya, imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun sempat naik di atas 1,62% sebelum jatuh kembali ke sekitar 1,55%. Naiknya imbal hasil US Treasury sebagai sinyal kepercayaan membaiknya prospek ekonomi Paman Sam.

Optimisme investor bahwa vaksin Covid-19 dan stimulus ekonomi Pemerintah AS akan menawarkan obat dari krisis kesehatan terburuk Amerika dalam satu abad mendorong imbal hasil obligasi naik. Juga menyulut ekspektasi bahwa inflasi AS akan naik tahun ini ke level tertinggi dalam satu dekade terakhir.

Ini yang memunculkan spekulasi akan ada pembalikan kebijakan moneter AS, dari longgar menjadi mulai mengetat. Dengan kata lain, bunga The Fed bakal naik.

Bila benar The Fed memberi sinyal akan ada kenaikan bunga, tentu berpotensi menganggu proses pemulihan ekonomi. Terutama bagi negara-negara yang sedang berjuang memulihkan ekonominya dengan kebijakan moneter longgar sebagai jurusnya, seperti Indonesia.

Pengetatan kebijakan moneter The Fed bakal menimbulkan dilema besar bagi bank-bank sentral. Tak mengikuti The Fed berisiko pembalikan arus dana asing (capital outflow) yang bisa menggoyang sektor keuangan. Sebaliknya, mengikuti pengetatan kebijakan moneter The Fed bakal mempersulit ekonomi segera bangkit dari efek Covid-19.

Bagaimanapun, ekonomi saat ini masih butuh dukungan stimulus moneter maupun rangsangan fiskal untuk mendorong daya beli yang melemah akibat krisis ekonomi.

Namun, pernyataan Ketua The Fed Jorome Powell sedikit melegakan. Pekan lalu, dia kembali menekankan bahwa The Fed masih jauh dari target moneternya dan belum mendekati untuk sampai ke level pengetatan.

Entah pesan Powell ini untuk meredam spekulasi di pasar atau bukan, yang terang pasar menanti sinyal lebih jelas dari The Fed pada pekan depan.

Kita lihat saja, apakah The Fed tetap pada stance kebijakan moneter longgar atau mengikuti ekspektasi investor yang ingin bunga The Fed naik.

Penulis : Khomarul Hidayat

Redaktur Pelaksana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×