kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Strategi ketahanan energi


Senin, 20 Agustus 2018 / 14:00 WIB
Strategi ketahanan energi


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tri Adi

Saya kira agak rumit jika kita berbicara mengenai sisi historis dari kepemilikan kilang Trans Pacific Petroleum Indotama (TPPI). Namun, secara substansi, dilihat dari aspek makro, ada hal positif yang mendasar apabila pemerintah atau PT Pertamina bisa menguasai kilang tersebut. Kilang TPPI merupakan kilang modern yang pernah ada di Indonesia sehingga bisa digunakan untuk produksi kebutuhan bahan bakar minyak.

Jika kita melihat hanya dari sisi bisnis, bisa jadi penguasaan terhadap TPPI ini adalah hal yang normal, biasa-biasa saja. Namun, ada hal penting yang harus digarisbawahi, bahwa apa yang ada di TPPI menjadi salah satu komoditas strategis. Ini merupakan bagian dari ketahanan energi, yang memang harus dikendalikan oleh negara.

Karenanya, Pertamina layak memiliki kendali di sana. Hal ini mengingat Pertamina merupakan tangan kanan negara yang salah satu tugasnya adalah menyediakan ketahanan energi nasional.

Jika nantinya TPPI berhasil dikuasai, kita memiliki peluang lebih besar untuk tidak terlalu bergantung pada impor produk. Kalau pun impor, paling tidak tinggal bahan mentahnya saja. Sekali lagi, secara teoritis demikian, karena kapasitas TPPI yang cukup besar.

Poin pentingnya, untuk soal yang strategis, jangan hanya pandang dari sisi bisnisnya, melainkan bagaimana ketahanan energi itu bisa terbentuk. Karena jika kita berbicara bisnis kilang, marginnya memang tidak sebesar di hulu.

Tapi kalau soal ketahanan energi nasional, itu maknanya lebih besar dibandingkan profit atau hitung-hitungan bisnis. Kita lihat dampak ke depannya, bagaimana ini bisa menggulirkan multiplier effect.

Jika ketahanan energi terbentuk, salah satunya melalui ketersediaan BBM, maka aktivitas masyarakat juga semakin lancar. Kegiatan produksi serta distribusi barang dan jasa bisa lebih lancar. Singkatnya, lebih ke arah sana, yakni bagaimana melihat secara holistik makro ekonomi, bukan mikro dari sisi bisnis kilang tersebut.•

Komaidi Notonegoro
Pengamat Energi Reforminer Institute

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×