kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Wait and see


Selasa, 10 Oktober 2017 / 11:30 WIB
Wait and see


| Editor: Tri Adi

Pemodal asing tengah bimbang akan masa depan investasinya di Indonesia. Mau terus lanjut di sini atau  segera cabut, mereka gamang memutuskannya.

Sinyal keraguan itu setidaknya tergambar pada aliran dana asing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sejak awal tahun sampai Oktober 2017, asing mencatatkan penjualan bersih (nett sell) sekitar Rp 14 triliun. Padahal, periode sama tahun lalu bursa saham kita justru kebanjiran dana asing sekitar Rp 37 triliun.  Untunglah tak semuanya kabur dari pasar keuangan dalam negeri. Sebagian di antaranya hanya pindah tempat. Misalnya masuk Surat Utang Negara (SUN).

Per awal Oktober 2017, sebagai contoh, porsi dana asing di obligasi negara mencapai Rp 813 triliun lebih. Kini, asing menguasai nyaris 40% total obligasi negara, dan rekor nilai tertinggi sepanjang sejarah penempatan dana asing di SUN.

Perpindahan dana asing dari saham ke obligasi setidaknya memberi sinyal bahwa pemodal asing sedang mencari tempat peristirahatan sementara. Wait and see, tengok kanan kiri menanti situasi, sembari melihat peluang lain yang lebih seksi.

Nah, kebimbangan para pemodal ini sesungguhnya anomali lain pada ekonomi dalam negeri. Betapa tidak. Tekanan arus keluar dana asing ini justru muncul setelah Indonesia meraih investment grade dari Standard and Poors (S&P) pada Mei 2017, serta membaiknya nyaris semua indikator makro ekonomi. Keluarnya hot money itu juga terjadi hanya sesaat seusai tax amnesty yang sukses besar, juga gelegar proyek infrastruktur.  

Apa sesungguhnya yang sedang terjadi? Menemukan jawaban atas pertanyaan itu adalah pekerjaan rumah besar bagi pemerintah.   

Sulit dipungkiri sikap wait and see itu berkorelasi dengan fenomena mutakhir di Tanah Air, yakni kemampuan Indonesia menjalankan reformasi perpajakan, serta kelangsungan proyek infrastruktur.  Reformasi pajak, misalnya, berkaitan erat dengan jaminan fiskal, syukur-syukur ada insentif. Sementara proyek infrastruktur menjanjikan kemudahan logistik yang  mengikis ekonomi biaya tinggi. Muara dua hal itu adalah  iklim investasi dan daya saing industri dalam negeri.

Oleh karena itu, banyak kalangan berharap besar dari proses revisi beleid pajak yang mulai digelar pemerintah dan DPR. Momentum ini harus menjadi tonggak meletakkan sistem dan strategi perpajakan yang mendorong ekonomi, bukan sekadar berkutat teknis menggenjot setoran pajak jangka pendek.           

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×