kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Banyak Jalan


Sabtu, 10 April 2021 / 19:21 WIB
Banyak Jalan


Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - Pemerintah menegaskan larangan mudik Lebaran tanggal 6-17 Mei 2021 sudah final. Pasalnya, lantaran melihat pengalaman, mereka yang terpapar virus korona, meningkat tajam saban habis masa liburan. Terakhir, menurut catatan Kementerian Perhubungan, fenomena itu terjadi usai libur Natal-Tahun Baru 2021. Buntutnya, Pemerintah menerapkan PPKM yang diperpanjang hingga sekarang.

Tentu saja, banyak orang bertanya-tanya, mengapa mudik Lebaran 2021 dilarang. Toh selama beberapa bulan ini, meski ada PPKM, jalanan di wilayah Jabodetabek sudah ramai. Aktivitas warga berjalan nyaris normal. Kebanyakan orang memang taat bermasker, namun protokol jaga jarak makin sulit dilakukan.

Dalam temuan Kementerian Perhubungan, jika mudik tak dilarang, diperkirakan ada sekitar 81 juta pergerakan manusia. Mayoritas, yakni 37% atau 12 juta orang dari wilayah Jabodetabek ke Jawa Tengah, ke Jawa Barat 23% dan Jawa Timur 6%. Sebaliknya, kalau ada larangan mudik, diperkirakan hanya 27 juta warga yang melakukan pergerakan.

Tahun ini, nampaknya pihak yang berwenang akan lebih serius dibanding tahun lalu. Pasalnya, polisi juga akan memetakan jalan tikus yang sebelumnya banyak dipakai pemudik, menghindari pos penyekatan.

Selain menggunakan jalan tikus, tahun lalu, para pemudik juga mencuri start untuk lebih dulu tiba di kampung, sebelum libur Lebaran. Ini dialami seorang rekan, yang asisten rumah tangganya sudah pamit akan mudik sebelum 6 Mei. Bosnya itu tak bisa lagi melarang, lantaran si Mbak telah dua tahun tidak menengok orangtuanya di kampung.

Tanggapan sebagian masyarakat atas larangan mudik Lebaran tahun ini, berbeda ketimbang 2020 lalu. Kini banyak orang kecewa karena berharap bisa berlebaran di kampung. Toh, tampaknya pergerakan manusia sudah nyaris normal. Saban long weekend, misalnya, jalanan ke arah luar kota, sudah ramai, bahkan macet.

Pebisnis transportasi darat sebenarnya juga berharap, tahun ini ritual mudik bisa dilaksanakan, kendati dengan protokol ketat. Dengan begitu, mereka tak perlu meliburkan kru selama Lebaran. Kalaupun ada pelarangan, mereka minta kompensasi agar usahanya bisa bertahan.

Kita berharap, larangan ini tidak kontraproduktif. Misalnya, justru akan memindahkan kerumunan dan keramaian mudik sebelum 6 Mei dan arus balik setelah 17 Mei. Atau, penyekatan yang kurang efektif, karena ada banyak jalan menuju mudik.

Penulis : Hendrika Y.

Managing Editor

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×