kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Agar atlet sejahtera


Jumat, 27 Juli 2018 / 15:11 WIB
Agar atlet sejahtera


Reporter: Harris Hadinata | Editor: Tri Adi

Belakangan, nama Soeharto viral. Bukan, ini bukan Soeharto mantan Presiden Indonesia. Soeharto yang lagi viral ini adalah mantan atlet Paralimpik yang di usia tuanya kini menjadi tukang pijat demi menyambung hidup. Ia menjalani profesi ini sembari merawat istrinya yang menderita tumor otak.

Selain Soeharto, ada juga atlet lain yang bernama Suharto, yang juga ikut viral. Suharto adalah mantan atlet balap sepeda peraih medali emas di SEA Games 1977. Usai menjadi atlet, karena tidak ada dukungan pemerintah, ia akhirnya menjadi tukang becak di Surabaya.

Kisah miris para mantan atlet ini mencuat di tengah persiapan Indonesia menggelar pesta olahraga se-Asia, Asian Games. Memang, cerita atlet hidup susah di masa tua bukan hal yang baru. Bahkan, atlet yang dulu sangat tenar bak selebritis pun tidak lantas bisa hidup nyaman.

Anda mungkin masih ingat kisah Ellyas Pical. Mantan petinju yang pertandingannya selalu ditunggu-orang se-Indonesia ini sempat bekerja sebagai office boy dan satpam, sebelum akhirnya ditangkap polisi gara-gara terkait kasus narkoba.

Persoalan kesejahteraan atlet pasca pensiun memang tak kunjung rampung. Sampai saat ini, pemerintah tampaknya belum menemukan solusi atas masalah ini.

Kalau mau jujur, memang masalah ini bukan cuma dialami Indonesia. Hampir semua negara mengalami hal ini. Australia misalnya. Banyak atlet yang gagal mendapat pekerjaan, bahkan depresi setelah pensiun sebagai atlet.

Libby Trickett, mantan atlet renang top internasional, pernah menuturkan, seorang atlet kerap merasa kehilangan tujuan hidup setelah pensiun. Pasalnya, di masa muda, mereka menghabiskan sebagian besar waktu untuk berlatih.

Dalam hal menyejahterakan pensiunan atlet, Korea Selatan (Korsel) mungkin bisa jadi contoh. Di 2013, Korea Institute of Sport Science pernah meneliti, dari 3.000 atlet, setidaknya 1.000 di antaranya kesulitan hidup sejahtera usai pensiun.

Kini, jumlah tersebut sudah berkurang. Pemerintah Korsel kini mempekerjakan pakar manajemen olahraga untuk membantu atlet yang pensiun melakukan transisi ke kehidupan di luar olahraga.

Pemerintah Korsel juga mengubah sistem pendidikan dan pelatihan atlet, dengan memberikan pengetahuan di luar olahraga, seperti soal bahasa Inggris. Selain itu, Korsel juga mengembangkan program karir pasca pensiun jadi atlet.

Mungkin strategi pemerintah Korsel ini bisa dicontek.•

Harris Hadinata

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×