Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - Rachel Thomas adalah profesor matematika perempuan di Amerika yang coba mempopulerkan artificial intelligent untuk semua orang. Artificial intelligent atau biasa disingkat AI memang isu yang sangat seksi tapi terkesan rumit, njelimet, dan dalam level tertentu bisa membahayakan eksistensi manusia. Banyak orang antusias coba menggeluti AI, tapi kurang-kurang yang gelisah dengan isu ini.
Saking njelimetnya, kita-kita yang bukan lulusan fakultas ilmu pasti atau tepatnya matematika, rasanya tak akan pernah mampu untuk sekadar mengerti AI. Tapi untuk Rachel, anggapan itu adalah salah besar. Bukan saja kita semua mampu membangun AI, tapi penting untuk semua orang terlibat membangun AI. Menurutnya, orang-orang eksklusif yang membangun AI hanya akan membuat AI menjadi semakin bias gender dan ras. Bukan hanya berangan-angan, Rachel mengumpulkan sekelompok orang yang berminat untuk belajar.
Akhirnya, terbukti dalam sebuah kompetisi tim mereka berhasil mengalahkan tim Google. Selain itu, ada juga yang membangun sistem AI untuk komunitasnya. Salah satunya membangun AI untuk mendeteksi penebangan liar dengan memanfaatkan microphone dari handphone bekas. Sistem yang tidak terpikirkan oleh Rachel.
Kalau kita bicara AI di Indonesia, sudah ada beberapa perusahaan yang mencoba menerapkannya. Memang masih belum jelas benar batasan sistem seperti apa yang sudah bisa mengklaim sebagai AI atau mungkin sistem pintar.
Tapi kalau kita bicara sistem pintar dalam proses pembuatan RAPBD yang diidamkan Gubernur Anies Baswedan, sepertinya kita sedang berbicara AI. Saya membayangkan sistem yang ada sekarang saja pasti sudah rumit luar biasa, karena ada puluhan ribu pos pengeluaran yang bisa dibuat dalam RAPBD.
Belum field-field lain yang ada di database seperti vendor dengan harga produknya. Nah saya tidak bisa membayangkan parameter semacam apa yang bisa dimasukkan ke sistem untuk mendeteksi niat jahat. Pastinya sistem smart yang diidamkan itu tidak bisa membantu penyusunan RAPBD 2020 ini.
Seperti kata pepatah tak ada rotan akar pun jadi. RAPBD harus jadi pada waktunya dengan "sistem semi smart ini". Artinya, RAPBD ini harus disisir manual. Saya hanya berharap Pemda DKI Jakarta transparan dan tidak perlu gengsi meminta bantuan warganya untuk menyisiri. Rachel membuktikan, semua orang bisa membantu membangun AI.
Penulis : Djumyati Partawidjaja
Redaktur Pelaksana
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News