kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Banjir di Imlek


Senin, 19 Februari 2018 / 15:32 WIB
Banjir di Imlek


| Editor: Tri Adi

Menjelang perayaan Imlek,  Kamis (15/2) siang lalu, awan gelap menutupi Jakarta diikuti hujan yang cukup deras. Saking derasnya, sampai malam hari, beberapa titik lokasi di ibukota terendam banjir. Kemacetan parah terjadi di banyak lokasi, bertepatan dengan masyarakat yang ingin pulang cepat lantaran mau menikmati liburan akhir pekan nan panjang.

Ada mitos, hujan saat perayaan Imlek merupakan bentuk berkah. Semakin deras hujannya bahkan semakin bagus. Sebab, hujan di tahun baru Imlek adalah perlambang bahwa akan ada banyak rezeki dan keberuntungan menunggu di tahun. Benar tidaknya, memang tidak bisa dipastikan. Tetapi, biasanya, perayaan Imlek terjadi bertepatan pada musim hujan di Februari. Jadi, sebenarnya peluang hujan jauh lebih besar ketimbang cuaca kering.

Namun, meski ada harapan memberi berkah, hujan di Jakarta akhir pekan ini memunculkan keprihatinan. Semakin banyak titik-titik banjir di Jakarta. Data yang dihimpun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) DKI Jakarta menyebutkan, jumlah titik banjir akibat hujan deras di Kamis lalu mencapai 100 RW. Jika hujan terus berlanjut, kemungkinan genangan terus bertambah.

Harus diakui, problem banjir ini bukan hal baru. Sejak beberapa gubernur sebelumnya, problem serupa sudah terjadi. Bahkan, kisah banjir di bantaran sungai Ciliwung bisa seolah tak pernah tamat. Setiap tahun muncul kisah yang sama yang selalu menjadi cermin ironi wajah ibukota. Namanya juga banjir kiriman dari hulu. Kalau sudah dikirim, tak ada yang bisa menolak.

Tapi, itu bukan berarti tidak perlu ada upaya nyata untuk mengurangi risiko dan dampak yang ditimbulkan bagi masyarakat. Upaya untuk mencari solusi dengan tindakan nyata mungkin tak bisa menghentikan banjir, tapi setidaknya mengurangi yang terdampak. Kisah-kisah upaya nyata inilah yang selalu diingat oleh masyarakat, tentu setelah membandingkan dengan kondisi yang mereka alami sebelumnya.

Karena itu, untuk mengatasi masalah banjir di ibukota, tidak cukup hanya dengan tebar wacana dan menghimpun gagasan dengan tujuan mencari solusi. Problemnya sudah di depan mata sejak dulu. Beberapa opsi solusi sudah tersedia yang beberapa berhasil diwujudkan. Jadi, para pemangku kepentingan tinggal mengambil tindakan jelas jika memang niat untuk menyelesaikan problem ini. Mungkin tak akan sepenuhnya beres, tapi setidaknya upaya maksimal sudah diwujudkan.       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×