Reporter: Ratih Waseso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga sarang burung walet membuat Kementerian Perdagangan (Kemdag) berupaya menggenjot ekspor sarang burung walet ke China. Harga sarang burung walet kualitas rendah saja berada dikisaran Rp US$ 1.000 per kilogram (kg).
Plt Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemdag Veri Anggrijono mengatakan, saat ini pemerintah Indonesia telah melakukan negosiasi dengan pemerintah China untuk meningkatkan ekspor burung walet ini.
Baca Juga: Tren ekspor sarang burung walet positif, pemerintah genjot ekspor ke China
Secara khusus pemerintah melakukan negosiasi dengan General Administration of Custom China (GACC) dalam rangka membuka dan memudahkan ekspor sarang burung walet Indonesia.
"Kita baru saja diberikan semacam kuota dari pemerintah China itu 150 ton, dalam rangka itulah Pak Menteri saat ini untuk melobi pemerintah sana selain jumlahnya kapasitasnya yang bisa ditingkatkan, persyaratan-persyaratannya bisa dipermudah," kata Veri, Jumat (19/7).
Ia mengatakan, agar bisa masuk ke China, sarang burung walet harus melalui protokol persyaratan kebersihan, karantina, dan pemeriksaan oleh otoritas China.
Baca Juga: BNI Hong Kong dorong ekspor dari Indonesia
Selain itu, diperlukan sertifikasi Certification and Accreditation Administration of the People's Republic of China (CNCA). Saat ini sebanyak 21 di perusahaan Indonesia telah mendapat sertifikasi tersebut sehingga dapat melakukan ekspor ke China.
"Semoga semakin nambah perusahaan kita yang dapat sertifikat buat ekspor ke sana, kan yang keluarkan sertifikat dari China," sambung Veri.
Pada 2018, total ekspor produk ini ke China tercatat sebesar US$ 139,82 juta. Dengan demikian lima tahun terakhir terjadi kenaikan positif yaitu 30,62%. Kemdag sendiri siap memfasilitasi para eksportir untuk memperluas barang ekspornya di berbagai negara, terutama produk sarang burung walet ini.
Baca Juga: Mentan Amran Sulaiman minta Argentina impor produk hortikultura Indonesia
Veri menjelaskan jika selama ini masih banyak beberapa pemain sarang burung walet di Indonesia yang melakukan ekspor dalam bentuk raw material. Padahal dijelaskan oleh Veri jika nilai dari produk ditingkatkan akan memiliki keuntungan untuk banyak pihak.
"Itu yang coba kita himbau kepada mereka, membentuk asosiasi sehingga mereka dapat terbentuk. Karena sayang kalau hanya raw material aja, kan rugi, dan nilainya jauh. Bisa bayangkan saja 10 ton sudah kurang lebih Rp 500 miliar, bayangkan kalau bisa ekspor 150 ton," sebut Veri.
Ia menuturkan, uang memberatkan dari ekspor sarang burung walet adalah standar yang diterapkan oleh China sebagai negara pengonsumsi terbesar sarang burung walet. Pemerintah Indonesia mengharapkan masalah standar dapat di kurangi. Atau opsi lainnya adalah tenaga dari Indonesia yaitu para peternak sarang walet dapat mempelajari atau dibekali pelatihan bagaimana cara memproduksi dan menjaga kualitas produk sesuai standar.
"Sehingga orang sana tidak perlu ke sini periksa kadang dan sebagainya, orang kita pasti bisa kok jika bisa mempelajari," kata Veri.
Sejumlah 21 perusahaan yang sudah ter-sertifikat akan dibina sebagai eksportir terdaftar, dan juga sebagai pengeliminir ekspor berupa raw material. "21 itu campur perusahaan besar dan kecil, ini cara pengeliminir ekspor raw material," sambung Veri.
Bukan hanya itu saja pemerintah juga mengharapkan para pemain sarang burung dapat meningkatkan nilai produk dengan memproduksi makanan dan minuman dari sarang walet yang ditujukan untuk ekspor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
