kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Belanja bulanan yang berubah


Kamis, 27 Juni 2019 / 14:53 WIB
Belanja bulanan yang berubah


Reporter: Hendrika Yunapritta | Editor: Tri Adi

Keluarga di Jakarta yang suka belanja bulanan sehabis gajian, akan kekurangan tujuan toko di beberapa area. Persaingan bisnis ritel yang sengit membawa korban, setelah Hero Supermarket Tbk memutuskan untuk menutup enam gerai Giant. Kompetisi di bisnis eceran ini memang cukup seru, setelah supermarket dan hipermarket merangsek ke pemukiman.

Sebelumnya, bisnis ritel yang secara ekspansif membidik kompleks perumahan, adalah minimarket. Rupanya, strategi mendekati pemukiman ini, belakangan diikuti oleh supermarket serta hipermarket.

Adapun kompetisi yang tidak imbang, antara minimarket dan toko-toko yang lebih besar, sudah jauh hari diramalkan oleh petinggi salah satu jaringan ritel besar. Alasannya boleh Anda cermati sendiri. Berapa kali dalam seminggu Anda mengunjungi minimarket? Selanjutnya, berapa kali pada periode yang sama, Anda belanja di supermarket dan hipermarket. Jawabannya bisa beragam, tapi kemungkinan besar Anda lebih sering mampir dan belanja di minimarket.

Pebisnis minimarket jelas menyadari hal itu. Coba kita perhatikan, jika dulunya diskon akhir pekan adalah dominasi hipermarket dan supermarket, tawaran promosi itu juga sudah diterapkan oleh minimarket. Jualan minimarket pun makin komplet, sampai kita bisa menemukan produk seperti nuget dan buah-buahan di toko mereka.

Selain perubahan pola belanja ke minimarket, peritel konvensional harus bersaing dengan toko online. Meski tidak ada datanya, kecenderungan orang untuk belanja online, termasuk produk-produk fast moving consumer goods (FMCG) yang dulu biasa dibeli di supermarket, jadi semakin besar. Iming-imingnya? Diskon dan ongkos kirim gratis. Lebih lagi, item-item yang dijual di toko ritel, biasanya bisa disimpan dalam waktu lama, hingga orang cenderung memborong waktu ada diskon di toko online.

Sebagai bayangan seberapa besar animo orang Indonesia belanja online, Tokopedia baru saja merilis data penjualan mereka selama bulan ramadan 2019 yang lalu. Pada saat itu, penjualan mereka mencapai 97% kecamatan yang ada di Indonesia. Selama bulan Mei 2019, Tokopedia mencatat transaksi sejumlah Rp 18 triliun, kebanyakan dari produk fashion. Tokopedia juga mencatat penjualan kurma sebanyak 160 ton.

Perubahan pola belanja, mungkin saja juga menyangkut kebiasaan belanja bulanan. Jika dulunya belanja bulanan jadi ajang rekreasi, belakangan, sudah tidak lagi.♦

Hendrika Y.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×