kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bentuk Uang Digital


Kamis, 04 Maret 2021 / 08:34 WIB
Bentuk Uang Digital
ILUSTRASI.


Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - Rencana penerbitan uang digital menjadi topik yang seksi belakangan ini. Tidak cuma di Indonesia, wacana tersebut juga marak dibahas di yurisdiksi lain, termasuk negara-negara maju.

Situasi pandemi yang memicu peningkatan transaksi non-tunai di dunia turut mengobarkan semangat bank sentral di banyak negara untuk mengkaji kemungkinan penerbitan uang digital.

Mengutip Economist, konsep uang digital bank sentral di banyak negara adalah versi digital dari uang yang selama ini kita kenal. Yang membedakan konsep uang digital bank sentral di negara yang satu dengan yang lain adalah cara penyaluran uang tersebut.

Ada bank sentral yang memilih menyalurkan uang digitalnya melalui aplikasi khusus di ponsel. Cara ini, misalnya, dilakukan oleh China saat menggelar pilot project e-yuan di Shenzen, tahun lalu.

Dengan kanal penyaluran semacam itu, konsep uang digital bank sentral memang mirip dengan layanan uang elektronik yang ditawarkan bank, atau penyedia layanan transaksi pembayaran.

Namun jelas, keduanya berbeda. Uang digital bank sentral, ya tidak ada bedanya dengan uang kertas yang baru dirilis.

Jadi, nilai uang digital yang ada di, katakan, aplikasi milik bank sentral, ya pasti sama dengan nilai simpanan di bank sentral. Dan seperti halnya uang tunai berbentuk fisik, bank sentral memiliki kewajiban terhadap pemegang uang digital.

Sementara uang elektronik yang kita kenal sekarang, pada dasarnya, ya uang tunai, yang kita alihkan ke dalam bentuk digital. Jadi, ada orang ketiga yang menjadi perantara. Sedangkan uang digital bank sentral tidak mengenal peran pihak ketiga.

Namun uang digital bank sentral yang disalurkan bak uang elektronik memiliki kelemahan, yaitu terbatasnya privasi dari si pemegang uang. Dengan model semacam ini, seluruh transaksi yang dilakukan si pemilik uang pasti terbaca.

Itu sebabnya, bank sentral di negara yang lebih liberal menginginkan konsep berbeda. Ambil contoh European Central Bank yang mengusung konsep vocer elektronik.

Selain masalah kerahasiaan pengguna, hal lain patut yang menjadi pertimbangan bank sentral dalam memilih bentuk uang digital adalah ketersediaan infrastruktur teknologi. Kemampuan berbagai kalangan masyarakat, terutama yang berpenghasilan rendah, untuk memiliki ponsel, patut menjadi pertimbangan bank sentral saat memilih bentuk uang digital yang akan dirilisnya.

Penulis : Thomas Hadiwinata

Redaktur Pelaksana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×