kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis Halal nan Ajib


Kamis, 12 Desember 2019 / 11:44 WIB
Bisnis Halal nan Ajib
ILUSTRASI.


Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - Belakangan ini, sesuatu yang bertemakan halal sedang laris manis. Kali ini bukan di pasar finansial, melainkan menjangkau sektor riil, yakni bisnis properti.

Beberapa pengembang properti raksasa mulai merangsek segmen syariah. Di bisnis pelayanan kematian, misalnya, Grup Lippo meluncurkan Raudlatul Jannah Memorial Park. Mereka akan mengembangkan taman pemakaman Islami di atas tanah seluas 50 hektare di wilayah Karawang, Jawa Barat.

Di segmen yang lebih besar lagi, Grup Agung Sedayu bersama Grup Salim berkongsi membangun proyek gede di Pantai Indah Kapuk (PIK) 2. Mereka menggandeng korporasi asal Malaysia, Matrix Concepts Holdings Berhad, untuk mengembangkan kawasan Pusat Keuangan Syariah Internasional. Nilai total proyek tersebut mencapai US$ 5 miliar atau setara Rp 70 triliun.

Indonesia juga siap menyambut booming bisnis wisata halal. Di ranah global, potensi wisata halal begitu ajib alias mengagumkan.

Kajian Bank Indonesia (BI) menyebutkan, pada tahun lalu terdapat 140 juta wisatawan muslim yang berkeliling dunia dengan nilai belanja online mencapai US$ 35 miliar. Jumlah tersebut akan meningkat menjadi 158 juta orang pada tahun 2020 nanti.

Sebagai negara muslim terbesar di dunia, semestinya Indonesia bisa menikmati kue wisata halal. Sebab, pasarnya sudah jelas dan terlihat di depan mata. Namun sejauh ini, publik domestik masih ribut dengan persoalan klasik seputar ideologi yang tak pernah selesai.

Agaknya, masih banyak yang salah mendefinisikan wisata halal, yang terkesan eksklusif dan tertutup bagi kalangan non muslim. Padahal konsep wisata halal cukup universal dan menjangkau semua kalangan. Di sejumlah negara dengan penduduk minoritas muslim, konsep wisata halal yang menyasar pelancong muslim justru tumbuh dan berkembang.

Agar tidak semakin tertinggal, semestinya pemerintah perlu memperkuat diskusi dan literasi tentang universalitas wisata halal. Toh, berkaca pada ekspansi Grup Lippo, Grup Agung Sedayu dan Grup Salim di segmen properti, hal tersebut menandakan bisnis yang berlabel Islami justru bersifat universal dan tidak kaku.

Dari fenomena ini, jelas gejala dan tren pasar kini mengarah ke konsep halal. Pendek kata, kue bisnis yang berbau syariah semakin ajib. Siapa pun pebisnis yang mampu menangkap peluang itu, maka dia akan tampil sebagai pemenang.

Penulis : Sandy Baskoro

Redaktur Pelaksana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×