kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Bitcoin kuat saat isu mencuat


Senin, 06 November 2017 / 14:38 WIB
Bitcoin kuat saat isu mencuat


| Editor: Mesti Sinaga

Kendati uang virtual tengah terkepung berbagai isu negatif, nilai tukar bitcoin malah menguat. Sentimen negatif itu dipicu oleh aksi bank sentral Tiongkok (PBC) melarang berbagai bursa uang digital di negerinya sejak September 2017 lalu.

Namun nilai tukar bitcoin justru menanjak hingga mendekati US$ 6.000. Mengutip coinmarketcap.com, harga tertinggi bitcoin sepanjang masa, yaitu US$ 5.852 atau sekitar Rp 79 juta terjadi pada 15 Oktober 2017.

Yang menarik, dua hari sebelumnya, peminat uang virtual telah memprediksi kenaikan drastis itu. Para investor pun melakukan aksi jual, hingga saat artikel ini ditulis (18 Oktober 2017), kurs Bitcoin melemah menjadi US$ 5.532.

Pada 14 September 2017 lalu, bursa uang digital terbesar di Tiongkok, BTCCChina mengumumkan penghentian kegiatan perdagangan bitcoin di website-nya sejak 30 September 2017.

Sebelum pengumuman BTCCChina, pasar sempat bullish menyusul pernyataan petinggi PBC bahwa penghentian perdagangan uang virtual hanya sementara.

Begitu kabar dari BTCCChina menyeruak, sontak pasar uang virtual global memerah. Harga bitcoin pun merosot hingga US$ 1.000 berbanding sepekan sebelumnya. Pada 15 September 2017 bitcoin sempat terjerembab di US$ 3.008, lalu dalam tempo empat jam rebound hingga  US$ 3.637.

Tekanan atas bitcoin bertambah begitu Jamie Dimon, CEO JP Morgan, mengatakan fenomena bitcoin seperti bubble bunga tulip. “Bitcoin adalah penipuan, hanya cocok bagi pengedar obat terlarang, pembunuh, dan penduduk di Korea Utara,” ujar Dimon seperti dikutip guardian.com.

Padahal, JP Morgan diketahui melayani banyak kliennya untuk membeli produk bitcoin. JP Morgan berperan sebagai agen (broker) bagi para pembeli dan penjual untuk Bitcoin XBT, sebuah produk berupa exchange-traded note (ETN) yang dibuat untuk melacak nilai uang virtual, termasuk bitcoin.

Lebih dari selusin bank ternama di dunia, seperti Morgan Stanley, Goldman Sachs, dan Credit Suissee memainkan peran yang sama seperti JP Morgan, yaitu menjadi broker dalam jual beli Bitcoin XBT di Nasdaq-Nordic Exchange, Stockholm.

Salah satu perusahaan penyedia produk itu adalah Bitcoin XBTE (xbtprovider.com) yang berbasis di Swedia. Dalam laman web-nya, perusahaan publik itu mengklaim sebagai perusahaan pertama yang memperdagangkan bitcoin dan ether di Nasdaq Nordic dalam bentuk ETNN.

Salah satu perusahaan penjamin produk itu adalah Global Advisor yang berbasis di  Inggris. Perusahaan itu menawarkan jasa investasi strategis untuk bitcoin yang mereka sebut sebagai GABI.

IMF bicara
Yang patut dicatat, seorang co-principal Global Advisor bernama Daniel Masters adalah mantan Head of Global Energy Trading di JP Morgan pada 1997. Masters bergabung di JPMorgan pada 1993.

Masters juga mantan suami dari Blythe Masters, mantan petinggi JPMorgan yang juga CEO Digital Asset Holdings, perusahaan investasi di bidang uang virtual. Salah satu pendonor perusahaan itu adalah JP Morgan.

Dari rangkuman fakta itu, kita otomatis menebak mereka sedang bermain drama. Kadang-kadang mereka bermain sebagai antagonis, dan di lain waktu bernada moderat agar terkesan sebagai protagonis. Tentu, tujuannya untuk mengendalikan pasar yang masih infant ini.

Pernyataan Direktur IMF Christine Lagarde pada 16 Oktober 2017 turut menyiram sentimen positif ke pasar. Lagarde menuturkan, kini para pelaku pasar berhati-hati dan menganggap tiap hal semakin serius.

Lagarde menegaskan, uang virtual tidak selamanya buruk. Namun, pelaku pasar harus benar-benar cermat dalam meng-endus perubahan. Ada implikasi luas dalam dunia teknologi.

Pernyataan agak moderat disampaikan mantan Ketua Federal Reserve, Ben Bernanke. Ia tidak menampik keandalan uang digital di situasi ekonomi saat ini. Baginya, bitcoin ingin bergerak di luar kendali pemerintah. Jika itu berlanjut, justru itu yang akan menjadikan kejatuhan bitcoin di masa depan.

Luas dan rumit
Harga tertinggi bitcoin kini merupakan cermin dari kepercayaan pengguna uang virtual yang kian kuat. Terutama dalam melakukan transfer uang secara global. Jika dibandingkan dengan bank konvensional, bitcoin lebih cepat dan aman.

Situs cryptocompare.com merupakan situs yang menawarkan paling banyak pilihan. Di situs itu, yang paling banyak (57,5%) ditransaksikan adalah bitcoin, dengan volume per hari bisa mencapai 100 mark (57,5%).

Pun, secara teknis terdapat upaya-upaya untuk menaikkan fitur kemampuan transfer sistem blockchain bitcoin oleh para para developer bitcoin dan komunitas penyokong lain.

Jadi, spektrum uang virtual kini sudah sangat luas dengan interplay yang rumit di dalamnya. Sebagai pasar bebas, uang virtual tentu membuka celah bagi spekulator dan membuka peluang sebesar-besarnya bagi konsentrasi aset di elite tertentu.

Satu dalil yang patut dipertimbangkan adalah perlunya membuat regulasi khusus untuk ini, sebagaimana yang telah dilakukan di Jepang. Regulasi penting untuk menciptakan rasa aman. Keteraturan melalui regulasi setidaknya menjamin cara main yang adil.

Rusia yang yakin dengan valuta baru ini, sontak merilis, CryptoRubel. Transaksi CryptoRuble hanya melibatkan dua pihak, yaitu pembeli dan penjual, serta tidak ada pihak ketiga, seperti perbankan pada umumnya, sebagai lembaga resmi yang mengeluarkan dan mengawasi transaksi keuangan. Artinya, hanya dua pihak yang melakukan verifikasi terhadap transaksi. Verifikasi lanjut dengan kegiatan pencatatan.

Hitachi juga akan mengujicoba sistem transaksi baru berbasis blockchain. Raksasa Jepang bekerjasama dengan lima bank besar negara itu. Pemerintah Jepang sendiri beralasan dengan meningkatkan penetrasi MUV dapat meningkatkan jumlah remitansi di antara beberapa negara maju lainnya.

Ratusan bank kelas dunia pun menggunakan teknologi blockchain Ripple dan NEM untuk meningkatkan performa layanannya.

Pelarangan seluruh penduduk di sebuah negara untuk bertransaksi bitcoin adalah tidak bijak. Beberapa negara telah mengambil sikap sepakat untuk membuat kerangka kerja yang utuh plus regulasi.

Mereka paham betul, dengan kehadiran regulasi, valuasi produknya semakin meningkat. Efisiensi dan daya saing bisnis akan saling mendorong. Jadi, ke arah mana uang digital akan berjalan? 

* Artikel ini sebelumnya sudah dimuat di Tabloid KONTAN edisi 23 Oktober 2017. Selengkapnya silakan klik link berikut: Bitcoin Kuat Saat Isu Mencuat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×