kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Boleh nyerbu jangan keserbu


Jumat, 21 Juni 2019 / 14:41 WIB
Boleh nyerbu jangan keserbu


Reporter: Ardian Taufik Gesuri | Editor: Tri Adi

Di setiap krisis ada peluang. Di setiap ancaman ada kesempatan. Begitu halnya ketika krisis dunia akibat perang dagang Amerika Serikat lawan China melanda, tak kunjung reda hingga kini.

Baku unjuk kekuatan itu malah memanas, tak hanya sebatas proteksi produk dalam negeri dan menerapkan tarif bea masuk mahal. Pemerintahan Donald Trump, didukung sederet perusahaan teknologi AS, juga menghajar Huawei yang tengah menanjak performanya. Semua langkah itu demi mewujudkan tagline Make America Great Again jangan sampai kesalip Tiongkok.

Tak cuma dengan Panda, Uwak Sam juga meniupkan perang dagang dengan India, yang selama ini meraup surplus besar dalam ekspor-impornya dengan AS. Maka terbayanglah betapa suasana suram dunia ini bakal berlangsung lama. Dan celaka lagi bila nantinya AS juga mencabut fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) yang selama ini dinikmati eksportir Indonesia.

Toh, seperti pepatah tadi, masih tersedia ruang untuk optimistis. Dalam wawancara dengan KONTAN, pekan lalu, Presiden Jokowi pun yakin Indonesia bisa menangkap peluang gede. Misalnya, produk Indonesia bisa mengisi pasar Amerika yang selama ini banyak diisi produk Tiongkok, seperti furnitur, sepatu, tekstil, juga elektronik.

Tentu tak mudah untuk mengisi kekosongan di pasar akibat perang dagang ini. Apalagi yang namanya bisnis maklun diperebutkan banyak negara berkembang, yang mengandalkan keunggulan komparatif dalam industri padat karya. Sedang produktivitas dan aturan perburuhan masih jadi kendala di sini.

Alih-alih menyerbu pasar Amerika, yang banyak dikhawatirkan justru serbuan barang Tiongkok ke pasar lokal. Bayangkan nilai ekspor tekstil China ke AS mencapai US$ 14,3 miliar. Bila sebagian produk gagal ekspor itu merembes ke Indonesia, jelas bisa melumpuhkan produk dalam negeri. Belum lagi bila baja, elektronik, sepatu, pelbagai hasil pabrikan Tiongkok membanjiri pasar kita baik melalui pasar konvensional maupun e-commerce. Selama ini saja, 40% jualan barang online merupakan produk lintas batas (cross border). Makin remuk redam saja produk negeri sendiri.

Menyadari hal itu, Presiden Jokowi akan menggencarkan kampanye ke masyarakat agar bangga memakai produk lokal. Satu langkah yang berat, memang, di zaman now. Tapi memang perlu dilakukan, bahkan harusnya jadi gerakan. Untuk itu, produk kita mesti kompetitif: kualitas dan harga berani bersaing.♦

Ardian Taufik Gesuri

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×