kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45916,64   -18,87   -2.02%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bulan merah jambu


Jumat, 02 Februari 2018 / 17:53 WIB
Bulan merah jambu


| Editor: Tri Adi

Seorang teman menuliskan petikan lirik lagu grup musik tahun 1990an, KLA Project, "Bulan merah jambu luruh di kotamu...," di akun media sosialnya. Ada yang semangat mengajak salat jamaah saat gerhana bulan dengan melampirkan tempat-tempat berjamaah di wilayah tempat tinggalnya.

Ada juga yang mengutip kegiatan-kegiatan ilmiah di berbagai negara menyambut fenomena 150 tahunan gerhana bulan yang dikenal dengan istilah super blue bood moon. Lalu dengan nyinyir menyebut bahwa orang Indonesia masih sebatas menonton, dan kini musti sibuk untuk bisa bertahan hidup dalam sebulan.

Fenomena blue bood moon memang tengah menjadi perhatian dunia di seluruh dunia. Kalaupun ditambah nada nyiyir soal kesulitan bertahan hidup di Indonesia juga tidak salah. Sebab, sepanjang Januari 2018 sejumlah komoditas bahan pokok beranjak naik. Misalnya harga beras medium meskipun sudah ada harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp 9.450 per kilogram, toh di lapangan harga tetap saja di atas Rp 10.000 per kilo, bahkan sempat melonjak hingga 13.000 per kilo.

Wajar jika Bank Indonesia (BI) memprediksi sepanjang Januari 2018 terjadi inflasi sebesar 0,73%. Meskipun secara tahunan, inflasi tetap ada di kisaran 3,38%. Dalam pantauan BI, selain beras, harga beberapa komoditas pangan juga mengalami kenaikan. Misalnya daging ayam, telor ayam dan produk  hortikultura cabai dan bawang.

Tak hanya pangan, harga bahan bakar minyak (BBM) juga naik, terutama non subsidi. BBM jenis Pertamax pada periode 1-15 Januari 2018 semula Rp 8400 per liter, menjadi Rp 8600 per liter, atau naik 2,4% pada periode 16 Januari - 31 Januari 2018. Sementara Pertamax Turbo naik dari Rp 9.350 jadi Rp 9.600 per liter. Pertamina Dex juga naik dari Rp 8.800 menjadi Rp 9,250.

Harga atau tarif dasar listrik (TDL) pun sangat rawan untuk bergerak naik awal tahun ini. Apalagi tarif listrik yang berlaku sekarang mayoritas bukan lagi listrik subsidi. Lantaran listri subsidi hanya untuk pelanggan dengan daya maksimal 450 Volt Ampere (VA) dan 900 VA.

Memang pemerintah menegaskan listrik subsidi tidak akan naik, minimal sampai Maret 2018. Setelah periode itu tak ada jaminan.

Sebagai gambaran, salah satu penentu tarif listrik adalah harga minyak mentah di pasar global dan nilai tukar rupiah terhadap dollar. Saat harga minyak mentah di atas US$ 64 per barel, naik 34% dari asumsi APBN 2018 sebesar US$ 48 per barel. Untung rupiah anteng.   n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×