| Editor: Tri Adi
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo bercerita pernah bertanya ke Presiden Jokowi: pilih kurs rupiah menguat ataukah perekonomian tumbuh? Ternyata Presiden RI memilih laju perekonomian daripada nilai tukar.
Bekas Dirut Bank Mandiri itu merasa cocok dengan jawaban tersebut. Tak heran, selama Agus menjabat Gubernur BI, nilai tukar rupiah sepertinya tak pernah ditargetkan kembali menguat drastis. Tak usah jauh-jauh menginjak level Rp 9.000-an, mau mengancik di bawah Rp 13.000 saja selalu tertahan. Padahal untuk ke situ tinggal sedikit sentuhan BI ke pasar, tapi tidak terjadi. Kurs rupiah akhirnya mengambang di sekitar Rp 13.300–Rp 13.600, tapi dijaga betul jangan sampai meloyo ke atas Rp 14.000 per dollar AS.
Alhasil bisa kita rasakan selama ini tidak ada gejolak nilai tukar yang membuat sakit perut. Kondisi melemahnya rupiah belakangan ini pun masih dalam rentang yang aman. Dalam bahasa BI: ini merupakan respons pasar terhadap situasi global, bukan karena faktor domestik.
Di tangan Agus, BI memang menjaga betul stabilitas makroprudensial, supaya sistem keuangan harmonis. Memang di awal-awal BI beberapa kali menaikkan suku bunga acuan. BI rate pada Mei 2013 masih 5,75% lalu beringsut naik ke 6%, 6,5%, hingga 7,5% pada November 2013. Hal itu dilakukan sebagai antisipasi atas kemungkinan Bank Sentral AS menaikkan fed fund rate. Sehingga bisa mengerem larinya modal keluar, dan meredam potensi gejolak moneter. Selain itu, panasnya spekulasi bisnis properti pun coba diredam dengan memperketat batas uang muka dan pembiayaan.
Tapi belakangan suku bunga acuan beringsut turun lagi, seiring terbangunnya kepercayaan yang didukung fundamental ekonomi. Dan secara perlahan pula menarik turun bunga perbankan. Walau, kucuran kredit bank masih belum deras.
Kini era Agus hampir usai. Dan santer dikabarkan Presiden RI telah mengajukan calon tunggal sebagai pengganti Agus. Yakni, Perry Warjiyo, Deputi Gubernur BI yang paham betul kebijakan makroprudensial.
Banyak harapan disampirkan ke pundak Gubernur BI baru, entah jadinya Perry atau yang lain. Langkah BI menjaga stabilitas moneter, hubungan yang cukup akrab di antara otoritas, inflasi yang terkendali, cadangan devisa yang meningkat, dan kurs rupiah yang stabil jelas patut dapat apresiasi; dan perlu dijaga.
Nah, aksi berikutnya yang dinanti-nanti adalah peran BI dalam pendalaman pasar keuangan dan memperlaju pertumbuhan ekonomi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News