kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cari cara baru


Senin, 11 Februari 2019 / 14:12 WIB
Cari cara baru


Reporter: Mesti Sinaga | Editor: Tri Adi

"Sorry guys, enggak bisa bawa oleh-oleh... bagasinya mehong, booo..." Pesan semacam ini semakin kerap muncul di grup-grup WhatsApp atau Line sejak maskapai penerbangan berbiaya murah (low cost carrier) mencabut fasilitas bagasi gratis 20 kg. Bukannya pelit, namun biaya bagasi kini bisa lebih mahal daripada harga camilan atau benda kerajinan yang dibawa.

Pencabutan bagasi gratis itu memang berbuntut panjang. Bukan soal tuduhan pelit atau teman dan kerabat yang kecewa tak jadi dapat oleh-oleh, tapi banyak pelaku usaha yang terpukul.

Yang paling terdampak tentu saja bisnis oleh-oleh yang belakangan marak di daerah-daerah tujuan wisata. Pengusaha toko oleh-oleh di Palembang, Padang, Solo hingga Jogja, misalnya, menjerit lantaran penjualan mereka anjlok 30%.

Penurunan omzet toko oleh-oleh ini otomatis juga menghantam pelaku usaha mikro, kecil dan meengah (UMKM) yang selama ini membuat dan memasok beragam produk khas daerah ke toko oleh-oleh.

Namun, yang namanya pengusaha, biar sekalanya kecil, harus bisa menemukan cara bertahan hidup. Maka, mereka kini menawarkan pengiriman paket oleh-oleh lewat ekspedisi yang ongkosnya lebih murah.

Jika pada akhirnya bagasi di semua penerbangan tetap dikenai tarif, maka pelaku usaha harus terus mencari cara-cara baru untuk memastikan bisnisnya bisa terus mengepul bahkan bertumbuh.

Membuka toko oleh-oleh di kota lain, misalnya, jadi salah satu pilihan. Seperti toko oleh-oleh Krisna yang ngetop di Bali, kini sudah buka toko pula di Jakarta dan Surabaya. Kabarnya, mereka akan terus menambah gerai di kota-kota lain. Jadinya, orang tak perlu repot belanja oleh-oleh dan merogoh kocek tambahan untuk biaya bagasi. Cukup belanja oleh-oleh di kota sendiri. Ini mirip toko oleh-oleh haji yang banyak buka di kawasan Tanah Abang, Jakarta.

Boleh jadi, kelak anak-anak muda akan membuat aplikasi yang memudahkan orang belanja oleh-oleh. Tinggal klik jenis oleh-oleh yang diinginkan di ponsel pintar, dan si oleh-oleh bisa tiba bersamaan dengan saat kita kembali ke rumah.

Ya, kita berharap akan muncul disrupsi sebagai jalan keluar yang belum pernah kita pikirkan. Karena, dalam setiap kesulitan, seharusnya lahir cara baru yang tak hanya membuat usaha bisa bertahan hidup, tapi juga menjadi sumber pertumbuhan baru. Maka, siapa yang lamban atau tak mau berubah, akan tersingkir dalam seleksi alam yang kejam.•

Mesti Sinaga

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×