kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cerdas belanja online


Senin, 12 November 2018 / 13:52 WIB
Cerdas belanja online


Reporter: Thomas Hadiwinata | Editor: Tri Adi

Godaan untuk belanja tengah merajalela di dunia maya  hari-hari belakangan ini. Akhir pekan lalu, banyak situs belanja dalam jaringan (daring) seakan berlomba menggelar promo. Berbagai bentuk promosi ditebar, yang paling sering berupa diskon sekian persen dari harga jual dan gratis ongkos kirim.

Mereka yang akrab dengan internet tentu dengan aneka program penjualan yang menggiurkan itu, mengingat event semacam itu sudah digelar situs belanja online lokal paling tidak selama enam tahun terakhir. Terinspirasi dengan Cyber Monday yang sudah lebih dulu digelar oleh e-commerce yang berbasis di luar negeri, situs e-commerce dalam negeri pun mencetuskan hari belanja online nasional pada tanggal 12 Desember 2012.

Setelah itu setiap tanggal 12 Desember, e-commerce yang berbasis di Indonesia tak alpa menggelar tawaran belanja yang diklaim istimewa. Nah, dua-tiga tahun terakhir, program semacam Harbolnas digelar lebih sering lagi oleh pemain-pemain belanja daring raksasa, menjadi sekali dalam sebulan. Waktunya dipilih mirip dengan tanggal harbolnas, misal untuk bulan ini, program belanja online digeber pada tanggal 11, pekan lalu.

Agar menarik perhatian banyak orang, tak jarang e-commerce membuat penawaran yang sangat menarik. Misal, menawarkan handphone berlogo buah apel seri terbaru dengan harga hingga 10% dari harga normalnya. Atau, menggunting harga hingga 70% untuk berbagai produk.

Tentu, seperti layaknya orang jualan, pengelola e-commerce memasang berbagai syarat dan ketentuan dalam program belanja. Seperti, membatasi waktu berlaku potongan harga dalam hitungan menit saja. Setelah lewat dari periode waktu harga khusus itu, banderol pun kembali normal.

Pembeli yang rasional tidak perlu merasa tertipu, apalagi penasaran, hingga selalu menanti-nantikan program belanja semacam itu. Alasannya sederhana saja. Program semacam itu masih akan kita saksikan paling tidak dalam tiga–lima tahun mendatang. Dan, sangat mungkin pengelola belanja daring meningkatkan frekuensi event belanja khususnya.

Dugaan itu muncul karena industri belanja online di Indonesia saat ini masih di tahap-tahap awal. Indikasinya, nilai transaksi belanja online di sini masih berkisar 1% dari total nilai perdagangan.

Ilustrasi yang lebih kasat mata, namun bisa diperdebatkan, mengenai masih terbatasnya disrupsi yang disebabkan e-commerce adalah sentra belanja konvensional, termasuk mal, masih lebih banyak yang ramai daripada yang sepi.

Namun, tidak ada lembaga riset pasar ataupun analis yang mengecilkan potensi pertumbuhan e-commerce di sini. Ukuran tentang potensi yang paling lazim digunakan adalah jumlah penduduk kita yang mencapai 240 juta. Dan jika melihat pertumbuhan pengguna ponsel, serta pengguna situs sosial media, dua ratusan juta orang itu sangat mungkin akrab dengan e-commerce.

Itulah misi yang hendak dicapai berbagai e-commerce di sini dengan menggelar berbagai program belanja. Demi menggaet sebanyak-banyaknya pelanggan baru, e-commerce berskala besar enteng saja menggelar program belanja berbiaya puluhan, atau mungkin ratusan miliar rupiah. Itu bukan beban yang memberatkan mengingat mereka punya pendanaan hingga ratusan juta dollar.

Masa-masa e-commerce unjuk gigi seharusnya menjadi masa yang menyenangkan bagi mereka yang hanya memiliki kepentingan sebagai konsumen. Dan masa di mana pilihan banyak tersedia, pembeli seharusnya bertindak rasional.

Selama dibutuhkan, sikat saja barang yang harganya menawan. Dan jangan sampai hanyut dalam setiap penawaran belanja online.•           

Thomas Hadiwinata

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×