kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,52   -28,21   -3.04%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dana tabungan sumber pembangunan


Jumat, 09 Maret 2018 / 15:32 WIB
Dana tabungan sumber pembangunan


| Editor: Tri Adi

Menyikapi lambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada beberapa tahun belakangan ini, beberapa ekonom menuding akibat melonjaknya tabungan masayarakat.  Perubahan preferensi untuk menabung tersebut menurunkan  belanja masyarakat yang selama ini menjadi motor pertumbuhan. Dugaan tersebut didukung statistik yang menunjukkan turunnya pertumbuhan konsumsi masyarakat dan pada saat yang sama tingkat tabungan menunjukkan kenaikan.

Namun, menyalahkan tabungan seperti membongkar pepatah lama ‘hemat pangkal kaya’ menjadi ‘hemat pangkal resesi’. Perilaku menabung yang tentu akan mengurangi konsumsi dianggap sebagai suatu kekeliruan yang justru akan berakibat negatif terhadap kesejahteraan masyarakat.  Benarkah demikian?

Melihat sejarah panjang ekonomi dunia, banyak ekonom yang percaya bahwa konsumsilah yang akan menjadi mendorong permintaan (demand side) yang akan diikuti dengan peningkatan output melalui efek multiplier.  John Maynard Keyness, ekonom berpengaruh di pertengahan abad 20 dari Amerika Serikat, dan para pengikutnya yang sering disebut sebagai Keynesian adalah mereka yang mempopulerkan pandangan tersebut.

Namun pada perkembangannya sebagian ekonom termasuk sebagian Keynesian menyadari bahwa konsumsi mendorong pertumbuhan hanya dapat terjadi pada jangka pendek. Dalam jangka panjang pertumbuhan produksi akan lebih dipengaruhi oleh kapasitas produksi yang ditentukan oleh investasi pada sumber daya manusia dan modal.

Sederhananya coba kita bayangkan pada masyarakat yang cenderung konsumtif. Awalnya produsen akan dengan senang hati meningkatkan output untuk memenuhi permintaan tersebut dan ekonomi tumbuh (jangka pendek). Saat permintaan terus meningkat tentu sang produsen mulai kewalahan dan memerlukan tambahan modal dan ketrampilan dari karyawannya untuk memenuhi permintaan tersebut (jangka panjang). Tanpa tambahan modal dan peningkatan SDM maka produksi tidak dapat meningkat lagi sehingga naiknya permintaan hanya berakibat pada kenaikan harga barang (inflasi).

Jadi dalam jangka panjang agar output  perekonomian bisa terus tumbuh dibutuhkan investasi yang akan meningkatkan kapasitas produksi. Dari manakah sumber investasi itu? Tentu tidak lain dari tabungan masyarakat baik domestik maupun international. Jadi tabungan justru memiliki peran positif sebagai sumber pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.

Secara empiris, kita bisa melihat pada pertumbuhan ekonomi China yang tumbuh fantastis dari level yang lebih rendah dari Indonesia hingga menjadi perekonomian dengan produk domestik bruto terbesar di dunia. Meski mengalami sedikit perlambatan belakangan ini, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut dapat berlangsung secara konsisten dalam beberapa dekade terakhir. Menariknya, sumbangan konsumsi domestik pada produk domestik China rata-rata kurang dari 40% PDB negara tersebut. Jauh lebih rendah dari Indonesia dan negara lain yang umumnya pada kisaran 60% dari total PDB.

Dengan konsumsi domestik yang relatif rendah dan tentu tingkat tabungan yang tinggi, perekonomian China banyak didorong oleh investasi baik bersumber dari tabungan lokal maupun global. Output perekonomian pun lebih menyasar pasar internasional dengan menggenjot ekspor. Maka produksi China terus membanjiri pasar international dan  mengalami surplus perdagangan yang luar biasa dengan cadangan devisa yang sangat melimpah.

Fokus jangka panjang

Untuk menghindari jebakan middle income trap yaitu perekonomian yang stagnan pada tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah, semestinya pemerintah lebih fokus dengan upaya peningkatan kapasitas produksi perekonomian. Upaya peningkatan konsumsi masyarakat dengan berbagai program populis hanya akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi secara temporer dan tidak akan benar-benar mengarahkan perekonomian ini ke jalur cepat menjadi negara maju dengan pendapatan perkapita yang tinggi.

Berbagai permasalahan besar dalam pembangunan ekonomi Indonesia mestinya manjadi selalu fokus perhatian dan alokasi sumber daya yang memadai. Salah satu fokus penting dalam menggenjot output ekonomi adalah pembangunan industri manufaktur. Sudah lama Indonesia mengalami gejala deindustrialisasi yakni turunnya peran industri dalam perekonomian. Hal ini tentu sangat menghawatirkan karena Indonesia akhirnya masih bergantung pada komoditi sumber daya alam yang harganya  sangat fluktuatif dan nilai tambah yang relatif rendah.

Pembangunan infrastruktur yang belakangan menjadi fokus pemerintah Jokowi adalah salah satu program yang positif dalam kerangka mendorong pertumbuhan jangka panjang. Perbaikan yang perlu dilakukan adalah lebih mengintegrasikan  pembangunan infrastruktur tersebut dengan strategi pengembangan industri nasional.  Prioritas pembangunan infrastruktur semestinya lebih pada infrastruktur yang membuat industri semakin efisien. Dengan demikian anggaran pemerintah yang terbatas tersebut akan lebih mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.  

Tentu masih banyak permasalahan besar lainnya yang menghambat bangsa ini menjadi bangsa yang sejajar dengan negara-negara  maju. Semisal perbaikan iklim usaha, yang untuk saat ini peringkat Indonesia masih dibawah negara tetangga. Kemudian penyiapan SDM berkualitas yang dapat mendukung industri teknologi tinggi juga masih jauh dari harapan. Ini terlihat dari masih banyaknya pekerja yang  berijasah pendidikan dasar pada angkatan kerja.

Sayangnya di saat tahun politik, konsentrasi pemerintah menjadi terbagi dengan perhelatan besar tersebut. Tekanan politik yang tinggi dapat membuat pemerintah terdorong untuk lebih bertindak populis dan lebih fokus pada sasaran jangka pendek.

Tentu kita masih bisa  berharap setidaknya pemerintah dapat selalu menjaga irama untuk selalu fokus pada arah jangka panjang pembangunan dengan tetap memperhatikan aspek jangka pendek. Tidak mudah memang, namun itulah pilihan yang harus diambil untuk membawa bangsa ini terus maju.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×