kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Darurat Masker


Selasa, 18 Februari 2020 / 11:11 WIB
Darurat Masker
ILUSTRASI.


Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - Masker jadi barang langka di Indonesia, terutama masker bedah yang dinilai efektif melindungi manusia dari virus. Kelangkaan ini adalah dampak dari wabah COVID-19 alias Korona Wuhan yang sedang terjadi. Di Indonesia, sampai sekarang, memang belum ditemukan pasien yang terpapar virus tersebut. Hingga Senin (17/2) tercatat 71.442 pasien terpapar virus tersebut, sebanyak 1.776 meninggal, dan 11.284 pasien dinyatakan sembuh. COVID-19 menginfeksi orang-orang dari 29 negara.

Nah, jangan heran jika masker dicari. Tak sedikit orang di Indonesia cari masker, untuk dikirim kepada teman atau kerabat mereka di negara-negara yang terpapar COVID-19. Banyak pula yang berburu masker untuk melindungi diri sendiri.

Itu baru di Indonesia, lo. Di China, krisis masker sudah berlangsung beberapa minggu lalu. Padahal, menurut info dari Kementerian Industri dan Teknologi Informasi China, mereka punya kapasitas produksi masker sebanyak 20 juta sehari.

Namun, bagaimana dengan kebutuhannya? Wuhan, dengan populasi 9 juta penduduk, membutuhkan 20 juta masker sehari. Dari catatan Bea Cukai setempat, dari tanggal 24 - 30 Januari 2020, China mengimpor lebih dari 56 juta masker.

China punya 1,4 miliar penduduk, dengan kebutuhan masker 100 kali lipat lebih ketimbang masa normal. Harganya berkali lipat lebih mahal.

Negara kita juga memproduksi masker bedah. Namun, bahan baku dikirim dari China. Setelah wabah COVID-19, pabrik di China tak beroperasi, sehingga produsen masker harus mencari pemasok baru.

China juga membutuhkan pemasok masker yang baru, dalam jumlah besar. Alhasil, beberapa perusahaan mengubah produksi mereka. Foxconn, pemasok komponen untuk Apple, serta BYD yang dikenal sebagai pemain besar otomotif di China, keduanya lekas membuat pabrik untuk bikin masker dan desinfektan. Senin (17/2) kemarin, BYD mulai mengirim masker, berkapasitas 2 juta sehari, sampai wabah berakhir.

Petinggi Prestige Ameritech, produsen masker bedah Amerika, dengan kapasitas 600 ribu masker sehari gemas. Belajar dari wabah flu babi tahun 2009 di Amerika, Mike Bowen, Vice President Prestige seperti dikutip FT bilang, dia mestinya bisa memproduksi 1 juta masker sehari, tapi pemerintah pilih mengimpor masker. Belakangan, impor dari China itu pun mandek, hingga mereka kesusahan sendiri.

Mirip di Indonesia yang bergantung pada impor China juga. Ini baru masker, belum barang yang lain.

Penulis : Hendrika Yunapritta

Managing Editor

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×