kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.908.000   -6.000   -0,31%
  • USD/IDR 16.313   10,00   0,06%
  • IDX 7.192   51,54   0,72%
  • KOMPAS100 1.027   0,61   0,06%
  • LQ45 779   -0,14   -0,02%
  • ISSI 237   2,91   1,24%
  • IDX30 402   -0,27   -0,07%
  • IDXHIDIV20 464   1,04   0,22%
  • IDX80 116   0,22   0,19%
  • IDXV30 118   1,12   0,95%
  • IDXQ30 128   -0,16   -0,12%

Doi Moi


Jumat, 05 Februari 2021 / 13:54 WIB
Doi Moi
ILUSTRASI.


Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - Sekitar 35 tahun lalu, Partai Komunis Vietnam meluncurkan program reformasi ekonomi yang kemudian tenar dengan sebuatan Doi Moi. Hasil kerja panjang itu sekarang berbuah luar biasa. Ekonomi Vietnam disebut-sebut sebagai The Next Asias Miracle.

Beberapa tahun terakhir, negeri berpenduduk sekitar 95 juta orang ini mampu mencapai pertumbuhan ekonomi rata-rata sekitar 6%. Yang lebih mencolok, salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi Vietnam adalah ekspor. Di masa puncaknya, ekspor mereka bisa tumbuh hingga 20% per tahun. Bahkan saat pandemi, ekspor masih tumbuh 6% dan mencapai sekitar US$ 280 miliar atau 93% dari total Produk Domestik Bruto (PDB).

Cermin wajah ekspor Vietnam ini layak kita pajang untuk memovitasi pemerintah, khususnya Menteri Perdagangan Baru Muhammad Lutfi, yang mematok ekspor non-migas naik 6% tahun ini atau mencapai sekitar US$ 165 miliar. Apakah bisa?

Jika menilik prospek pemulihan ekonomi yang masih samar-samar, target itu jelas bukan sasaran yang enteng. Namun, di sisi lain, sejatinya, pemerintah telah merintis jalan awal untuk mencapai target itu. Belajar dari Vietnam, salah satu kunci keberhasilan ekspor mereka adalah keberanian untuk membuka hubungan dagang dengan banyak negara. Vietnam adalah salah satu ekonomi paling terbuka di ASEAN.

Kini, Indonesia juga sudah semakin berani membuka pintu kerjasama dagang. Yang terbaru adalah kesepakan ekonomi komprehensif (RCEP) yang mencakup anggota ASEAN dan lima mitra dagang, yakni: China, Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru. Potensi perjanjian dagang ini sangat besar karena mencakup sekitar 2,3 miliar konsumen dan output ekonomi hingga US$ 26 triliun. Jadi, asal cerdik memanfaatkan, pasti Indonesia akan memetik manfaat melimpah.

Modal yang kedua adalah Omnibus Law Cipta Kerja. Melihat berbagai kemudahan yang ditawarkan, dan setumpuk isentif pajak, seharusnya, investor asing akan semakin tertarik berinvestasi langsung di Indonesia. Pabrik-pabrik baru akan bermunculan. Ini merupakan awal peningkatan komposisi ekspor produk bernilai tambah tinggi asal Indonesia yang saat ini masih mini.

Namun, di atas semua itu, yang paling penting adalah konsistensi pemerintah dalam merealisasikan insentif dan kebijakannya. Vietnam bisa konsisten mengawal kebijakan ramah investasi dan ekonomi terbuka mereka hingga 35 tahun. Bisakah Indonesia?

Penulis : Cipta Wahyana

Managing Editor

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×