kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dugaan politis dan ribuan titik api


Senin, 16 September 2019 / 09:06 WIB
Dugaan politis dan ribuan titik api


Reporter: Hendrika Yunapritta | Editor: Tri Adi

Beragam topik berita yang muncul di media, seakan menenggelamkan fenomena kabut asap yang menyelimuti bagian barat Indonesia. Sejatinya, ribuan titik api dideteksi sejak Juli 2019 lalu.

Puncaknya, kemarin, ketika ada video viral seorang wanita yang nyaris terjatuh dari sepeda motornya, ketika berhenti di tepi jalan dengan kondisi udara diselimuti asap. Wanita tersebut dibantu beberapa orang yang sedang membagikan masker pada para pengguna jalan.

Kontan, berita tentang parahnya asap di Riau pun merebak. Tagarnya menjadi trending, dengan sebutan #RiauDibakarBukanTerbakar. Kabut asap sudah dalam taraf membahayakan, sehingga sekolah diliburkan.

Ada lima provinsi yang rawan terkena bencana asap karena kebakaran lahan, yakni Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, dan Jambi. Hanya saja, kemarin dikabarkan, kabut asap sudah sampai ke Sumatera Utara, kendati belum dianggap mengganggu rutinitas warga. Negara tetangga juga sudah terdampak kabut asap.

Gawatnya gangguan asap membuat para politikus daerah berseru agar Presiden Jokowi mau turun dan menengok daerah yang terdampak. Soalnya, kalau presiden sidak, dalam pengalaman, para aparat akan bekerja lebih keras dan sungguh memikirkan solusi pemadaman titik api. Menurut mereka, upaya penanggulangan asap yang selama ini dilakukan belum efektif. Terbukti, kabut asap justru mengganas, meski petugas berupaya dengan berbagai cara, seperti menjatuhkan bom air atau membuat kanal.

Bom air yang dijatuhkan berkali-kali, ternyata tidak bisa memadamkan api, lantaran lahan yang terbakar berupa lahan gambut berskala sangat luas. Lahan jenis ini bisa menyimpan bara di kedalaman sepuluh meter, sehingga yang bisa memadamkan hanya hujan belaka. Padahal, hujan diprediksi baru turun bulan depan.

Beberapa tahun belakangan ini, sebenarnya kabut asap nyaris tidak lagi terjadi karena antisipasi yang dilakukan. Tak heran, jika berseliweran dugaan bahwa ribuan titik api muncul terkait alasan politis. Tahun depan, Riau akan menggelar pilkada. Menurut penelitian Cifor, titik api cenderung bertambah ketika menjelang event politik, terkait bagi-bagi dan pembukaan lahan.

Benarkah? Jika benar, bom air dan kanal memang tidak cukup untuk mengantisipasi titik api. Barangkali pendekatan pada pihak-pihak terkait, akan lebih efektif. Tapi tentu dilakukan sebelum muncul kemarau dan titik api.♦

Hendrika Yunapritta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×