kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonomi dan kampanye


Senin, 27 Agustus 2018 / 16:40 WIB
Ekonomi dan kampanye


Reporter: Hasbi Maulana | Editor: Tri Adi

Masa kampanye pemilihan presiden 2019 sudah dekat, akan dimulai 23 September 2018 mendatang. Tidak sampai sebulan dari sekarang.

Topik ekonomi jelas akan menjadi bahan paling seru dalam berkampanye. Tak bisa dipungkiri, banyak kritik ekonomi yang bisa dilontarkan oleh kubu penantang, Prabowo-Sandi, untuk "menyerang" calon presiden (capres) petahana Jokowi dan cawapres baru Ma'ruf Amin.

"Pemanasan" sudah terjadi perihal utang negara. Pidato Ketua MPR Zulkifli Hasan (kebetulan berada di kubu penantang dalam kontestasi pilpres 2019) yang mengkritik pengelolaan utang oleh pemerintah segera bersambut tanggapan serius Menteri Keuangan Sri Mulyani yang memang anggota kabinet presiden petahana saat ini. Polemik meluas, bukan lagi antara mereka berdua.

Tentu tak ada salahnya topik-topik ekonomi makro diangkat sebagai materi kampanye, baik oleh penantang maupun petahana. Topik-topik seperti itu jauh lebih bermutu dan relevan bagi masa depan Indonesia ketimbang aspek-aspek pribadi kedua pasangan calon, seperti kegemaran musik maupun hobi olahraga masing-masing.

Namun demikian, kedua kubu kudu sangat cermat, hati-hati, dan benar-benar bijaksana dalam menyampaikan visi ekonomi, apalagi ketika melempar janji-janji kebijakan ekonomi saat kampanye nanti. Kegemaran berkuda Prabowo atau kesukaan musik metal Jokowi hanya akan menarik perhatian sebagian masyarakat Indonesia; tapi tidak demikian ketika mereka sama-sama mengungkapkan visi ekonomi "Andai saya menjadi presiden (lagi)".

Pelaku bisnis, praktisi keuangan, maupun investor sedunia akan mencermati visi ekonomi kedua pasangan capres-cawapres. Tentu bukan sebagai pertimbangan untuk memilih siapa, melainkan menakar risiko terkait aset, investasi, mapun proyeksi mereka terhadap Indonesia.

Semoga kedua petahana sama-sama bisa menahan diri untuk tidak melemparkan visi ekonomi populis yang bisa membuat pemilih ngeces kesengsem, tapi di lain pihak akan membuat para juragan duit menarik uang mereka dari sini. Jangan beranggapan, "Ini, toh, sekadar kampanye. Kalau sudah menang, baru bicara yang pasti." Dunia telah belajar dari AS bahwa kampanye populis yang semula dianggap guyonan gendeng bisa menang dan kini membuat dunia "porak-poranda".

Atau, oh, no! semoga tidak, jangan-jangan buku "Resep Khas Chef Trump" malah sudah terbuka di dapur masing-masing timses?•

Hasbi Maulana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×