Reporter: Harian Kontan | Editor: Tri Adi
Ekonomi digital sedang mengubah bagaimana bisnis menjual produk dan jasa serta bagaimana konsumen mengakses produk tersebut, tidak terkecuali di Indonesia.
Dalam laporannya, Google-Temasek memperkirakan nilai ekonomi digital Indonesia pada tahun 2018 mencapai US$ 27 miliar dan berpeluang tumbuh hingga US$ 100 miliar pada 2025.
Ekonomi digital tidak melulu e-commerce, tetapi sudah mencangkup online travel (jasa perjalanan dan akomodasi), ride hailing (jasa pemesanan taksi) dan online media (jasa langganan musik dan video).
Pertumbuhan e-commerce diperkirakan mencapai US$ 53 miliar pada 2025 dari US$ 12,2 miliar di 2018. Diikuti online travel yang akan tumbuh menjadi US$ 25 miliar pada 2025 dari US$ 8,6 miliar di 2018. Sementara, ride hailing akan meningkat menjadi US$ 14 miliar di 2025 dari 2018 di US$ 3,7 miliar. Terakhir, nilai transaksi online media menjadi US$ 8 miliar pada 2025.
Sementara CLSA memberikan estimasi penjualan ritel online di Indonesia tahun 2018 mencapai US$ 23,7 miliar. Angka itu diperkirakan meningkat menjadi US$ 58,6 miliar pada 2020. Platform terbesar e-commerce di Indonesia adalah Tokopedia, Shopee, Bukalapak, Lazada dan Blibli. Penetrasi ekonomi digital itu memberikan peluang bagi pelaku usaha UMKM.
Oleh karenanya, pemerintah mendorong pembangunan ekosistem ekonomi digital strategis yang salah satunya melalui UMKM Go Online. Pemerintah dengan beberapa marketplace dan start-up di Indonesia sudah bekerjasama dan menargetkan 8 juta UMKM Go Online melalui Gerakan Nasional Ayo UMKM Jualan Online. Jumlah UMKM yang sudah berjualan online pada 2018 mencapai 4,9 juta usaha.
Hingga tahun 2018, pemerintah sudah melakukan empat program inisiatif yang berkolaborasi dengan kementerian atau lembaga terkait, yaitu Onboarding atau mendorong pelaku UMKM offline menjadi online, Active Selling atau pendampingan kepada para UMKM yang sudah Go Online untuk meningkatkan transaksi online, Scale Up Business atau membantu pelaku UMKM untuk meningkatkan skala bisnisnya, hingga Go International atau gerakan mendorong pelaku UMKM meningkatkan jangkauan pasar menjadi internasional.
Pertumbuhan penjualan ritel online juga dipicu meningkatnya penetrasi internet dan smartphone. Penetrasi internet di Indonesia sudah mencapai 171 juta jiwa atau 64,8% dari total jumlah penduduk pada 2018.
Pemerintah terus meningkatkan akses informasi secara menyeluruh bagi masyarakat di seluruh Indonesia dengan perluasan infrastruktur informasi melalui program peningkatan infrastruktur teknologi.
Sejak 2018, pemerintah telah membangun infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang meliputi Palapa Ring, base transceiver station, akses internet, high throughput satellite, penataan spektrum frekuensi radio serta jangkauan sinyal seluler.
Dari sisi akses dan kualitas sinyal seluler, jangkauan akses internet untuk sinyal 2G sudah meliputi 73.728 desa, 6.408 kecamatan dan 488 kabupaten/kota.
Cakupan sinyal 3G sudah mencapai 64.216 desa, 5.769 kecamatan dan 455 kabupaten/kota. Sementara sinyal 4G sudah diakses di 68.537 desa, 5.954 kecamatan dan 466 kabupaten/kota.
Gencarnya proyek pembangunan infrastruktur TIK juga dapat dimanfaatkan sektor publik di daerah, seperti sekolah, kantor pemerintahan daerah, layanan kesehatan, balai latihan kerja (BLK), Pos Lintas Batas Negara (PLBN) serta layanan informasi pariwisata.
Sebagai contoh, dalam pemanfaatan infrastruktur TIK adalah adanya Kampung Marketer (KM) di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Kampung Marketer adalah penyedia admin atau customer service untuk para pedagang online dan penyedia digital marketer berbasis teknologi dan informasi. Pengguna jasa dari KM ini berasal dari kota-kota besar di Indonesia. KM memanfaatkan penetrasi e-commerce serta media sosial untuk memasarkan produk dan jasa secara online.
Kampung Marketer merupakan salah satu solusi dari kendala yang dirasakan oleh para UMKM yang belum memiliki keterampilan menjual secara online atau tidak bisa merekrut pegawai khusus mengurus jualan online.
Ketika para pelaku UMKM menyerahkan penjualan online kepada KM, maka semua kesulitan tersebut bisa terjawab. Tanpa harus merekrut, mendesain dan memonitor pesanan online, pengusaha UMKM sudah dapat menjual produknya. Dengan demikian, UMKM dapat meningkatkan penjualan dan skala bisnis ke depan.
Adanya Kampung Marketer memperluas stakeholder untuk mendukung program UMKM Go Online. Selain bekerjasama dengan marketplace, pemerintah dapat mengajak Kampung Marketer untuk mendidik tenaga kerja muda di beberapa daerah agar terampil dan memiliki kompetensi yang cukup untuk diberdayakan di bidang bisnis online.
Setelah memiliki keterampilan tersebut, mereka dapat dijadikan sebagai penanggungjawab admin atau tenaga pemasaran media sosial dan platform e-commerce untuk para UMKM yang ingin go online.
Hal tersebut merupakan peluang bagi pemerintah untuk meningkatkan efektivitas program peningkatan keterampilan digital bagi generasi muda.
Angkatan kerja yang umurnya di bawah 30 tahun diharapkan tidak hanya memanfaatkan internet untuk media sosial, tetapi juga mengerti bagaimana pemanfaatan internet untuk kepentingan bisnis.
Pemerintah dapat mendorong timbulnya Kampung Marketer di daerah lainnya, terutama pada daerah di luar Pulau Jawa. Program pendidikan, pelatihan dan pemberdayaan yang dilakukan dengan menggandeng Kampung Marketer dan marketplace untuk menghasilkan SDM yang terampil di bidang internet marketing dan bisnis online. Hal tersebut sangat dimungkinkan dengan peningkatan kualitas infrastruktur IT dan perluasan akses internet di Indonesia.
Ekonomi digital dan e-commerce secara langsung berdampak pada UMKM di Indonesia agar dapat beradaptasi dan mengantisipasi penggunaan teknologi informasi dan telekomunikasi.
Kolaborasi antara pemerintah, penyedia platform e-commerce dan stakeholder terkait lainnya dalam mempersiapkan UMKM go online sangat diperlukan. Dukungan infrastruktur dan regulasi yang disediakan oleh pemerintah tentu saja tidak cukup.
Adanya komunitas UMKM yang mempunyai usaha atau produk sejenis dapat memberikan informasi mengenai bahan baku terbaik serta pasar yang tepat untuk produknya. Lebih dari itu, pembentukan SDM yang terampil di bidang internet marketing dan bisnis online sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan e-commerce di masa mendatang.♦
Elisabeth Carolina
Peneliti Mandiri Institute
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News