Reporter: Cipta Wahyana | Editor: Tri Adi
Jangan rindu, berat, biar aku aja. Tak perlu heran jika anak gadis Anda di rumah terdengar sering mengucapkan frasa itu saat berbincang dengan teman-teman sebayanya. Harap maklum, demam Dilan sedang kembali mewabah di tengah kaum milenial.
Film Dilan 1991 memang sukses mencuri perhatian para remaja di Tanah Air. Bahkan, jauh sebelum filmnya dirilis 24 Februari lalu, deman Dilan sudah terasa di berbagai penjuru kota. Dan, ketika benar-benar tayang, Dilan 1991 pun meledak. Pada dua hari pemutaran perdananya, 24 Februari di Bandung dan 28 Februari di seluruh Indonesia, sebanyak 800.000 pasang mata menonton film Max Pictures ini.
Angka ini merupakan rekor baru jumlah penonton film di hari pertama pemutaran di Indonesia. Jika melihat prestasi Dilan 1990, pencapaian Dilan 1990 tak terlalu mengejutkan. Dirilis 25 Januari 2018, film adaptasi novel Pidi Baiq itu berhasil tampil sebagai juara kedua dalam ranking film terlaris sepanjang masa. Total jenderal, kisah cinta Dilan dan Milea berhasil menggoda 6,3 juta penonton milenial dan hanya kalah dari Warkop DKI Reborn yang ditonton sekitar 6,8 juta orang.
Jika kita asumsikan harga tiket bioskop Dilan 1990 dijual rata-rata Rp 50.000 saja, film itu berhasil meraup omzet Rp 300 miliar lebih. Sementara, di hari perdana pemutarannya, sekuel Dilan 1991 telah meraup sekitar Rp 40 miliar. Jika target tujuh juta penonton tercapai, Dilan 1991 akan mengantongi penjualan tiket hingga Rp 350 miliar.
Jika dibandingkan dengan biaya pembuatannya yang konon hanya puluhan miliar saja, jelas sekuel film Dilan meraup untung besar. Apalagi, di luar tiket, Dilan juga menggaet banyak sponsor yang memang tengah serius menggarap pasar milenial.
Misalnya, Dilan 1991 berhasil menggaet wafer Tango sebagai sponsor utama. Bank BJB juga turut menjadi sponsor. Di luar itu, beberapa produk juga menggunakan brand Dilan sebagai alat promosi mereka. Sebut saja Sari Roti yang gencar mempromosikan produk edisi kemasan Dilan dengan tagar #Diadalahrotiku.
Fenomena film Dilan jadi contoh betapa besarnya potensi segmen pasar milenial kita. Badan Pusat Statistik memproyeksikan jumlah penduduk usia milenial di Indonesia pada 2019 akan mencapai 63 juta atau hampir 24% populasi Indonesia. Asal korporasi berhasil melahirkan produk atau jasa berkualitas baik yang relevan dengan pasar milenial itu, besar kemungkinan, mereka meraup sukses. Dilan contohnya.♦
Cipta Wahyana
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News