kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor


Kamis, 14 Februari 2019 / 14:49 WIB
Ekspor


Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Tri Adi

Ekspor, ekspor, ekspor. Inilah pekerjaan rumah yang tengah pemerintah lakukan. Bukan cuma ekspor komoditas, tapi dorongan ekspor juga dilakukan untuk industri manufaktur.

Pemangkasan prosedur ekspor mobil utuh menjadi salah satu upaya untuk mendorong ekspor dari industri manufaktur. Catatan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) ekspor mobil utuh atau completely built up (CBU) 2018 tumbuh 14,44% jadi 264.553 unit dibandingkan dengan 2017.

Capaian ini merupakan yang tertinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Potensi ini bisa bertambah, lantaran banyak pabrik mobil yang menjadikan Indonesia sebagai basis produksi. Selain pemain lawas seperti Toyota, Daihatsu, Mitsubishi, Isuze, Honda, hingga Nissan, produsen mobil dari China seperti Wuling, yakni SAIC GM Wuling (SGMW) Motor Indonesia juga mencuatkan pabrik pertamanya di kawasan Cikarang, Jawa Barat.

Pemilik merek mobil SUV China Sokon, PT Sokonindo Automobile, tak mau ketinggalan dengan membangun pabrik mesin di kawasan Cikande, Banten. Pasar domestik menjadikan Indonesia menarik bagi mereka. Merujuk data Gaikindo, penjualan Sokon di Indonesia tahun 2018 melesat 1.169% dibanding 2017. Tahun lalu, Sokon menjual 2.031 unit mobil dari sebelumnya hanya 160 unit mobil. Penjualan Wuling pada periode sama tumbuh 162% menjadi 16.146 unit di 2018.

Menjadikan Indonesia sebagai basis produksi mobil jelas lebih menguntungkan. Tak semata-mata jadi pasar, tapi ada value added yang diberikan para produsen mobil itu yakni terbukanya lapangan kerja, pajak hingga naiknya permintaan industri pendukung seperti komponen, angkutan serta terminal.

Indonesia juga bisa menekan impor mobil. Ekspor mobil dari Indonesia terus melaju. Bahkan, sejak tahun 2015, posisi ekspor juga lebih besar dari impor mobil. Tahun 2018, ekspor mobil utuh mencapai 63,56%, sedangkan impor 36,44% dari total produksi di kisaran 1,3 juta.

Efek naiknya ekspor bisa membantu menekan defisit neraca dagang. Barangkali, jumlahnya tak besar lantaran harus dikurangi dengan pembayaran dividen ke prinsipal mobil sampai royalti yang kudu dibayar produsen Indonesia. Tapi, efek gulirnya tak bisa disepelekan. Investasi mereka membuka lapangan kerja, peluang investasi lain hingga penerimaan negara. Syukur-syukur, Indonesia bisa menekuk Thailand sebagai basis produksi dan ekspor world wide.•

Titis Nurdiana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×