Reporter: Harian Kontan | Editor: Tri Adi
Sepanjang tahun ini, aliran dana asing yang masuk ke pasar domestik semakin meningkat. Optimisme investor untuk berinvestasi di Indonesia tidak terlepas dari berbagai perkembangan positif eksternal maupun internal.
Prospek pelemahan ekonomi di negara maju, berkurangnya tensi perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, serta hilangnya risiko kenaikan suku bunga di negara maju, terutama AS, adalah beberapa faktor eksternal yang mendorong perpindahan aliran dana asing ke pasar domestik.
Dalam pertemuan Maret 2019, Bank Sentral AS menegaskan tidak ada kenaikan suku bunga acuan Fed Funds Rate pada 2019 dan kemungkinan hanya satu kali kenaikan di tahun 2020. Hal ini dipengaruhi perkiraan pertumbuhan ekonomi AS yang melambat, inflasi yang masih rendah, dan pengangguran yang dapat kembali meningkat tahun ini.
Dari sisi domestik, stabilnya perkembangan indikator makroekonomi kian memperkuat iklim investasi di dalam negeri. Kinerja pasar modal yang membaik ditunjukkan oleh peningkatan aliran dana asing yang masuk ke pasar saham dan obligasi. Khusus di pasar obligasi, per akhir Maret 2019, total aliran dana asing yang telah masuk sebesar Rp 74 triliun sejak awal tahun dengan kepemilikan asing Rp 967 triliun atau 38% dari total SBN yang dapat diperdagangkan.
Sebagian besar investor asing masih meminati investasi di instrumen obligasi bertenor panjang atau jatuh tempo di atas lima tahun. Berdasarkan data Kementerian Keuangan, investor asing menempati obligasi dengan tenor 5-10 tahun dengan porsi 34,1% dan obligasi bertenor di atas 10 tahun sebesar 34,7% dari total kepemilikan asing pada Maret 2019.
Permintaan pasar yang baik terhadap pasar obligasi berimbas pada penurunan imbal hasil (yield) obligasi acuan untuk semua tenor.
Yield obligasi dengan tenor 10 tahun menurun 39,2 basis poin dari posisi awal tahun ke level 7,63%. Tahun ini, pemerintah akan menerbitkan instrumen obligasi secara gradual. Tingginya minat investasi di pasar SBN juga tampak pada penerbitan global sukuk pada pertengahan Februari 2019. Dengan momentum yang tepat dan didukung perbaikan
orderbook global yang mencerminkan besarnya minat investor, penerbitan global sukuk itu oversubscribed 3,8 kali.
Aliran dana investasi yang berkelanjutan dapat berkontribusi positif bagi perekonomian di jangka panjang karena dapat meningkatkan tren investasi portofolio. Hal ini akan memacu pertumbuhan di pasar finansial dan meningkatkan likuiditas pasar.
Peningkatan investasi di pasar obligasi juga menjadi kontributor utama dalam pembiayaan aktivitas ekonomi. Dengan kebutuhan pembiayaan APBN 2019 sebesar Rp 834 triliun, sebesar Rp 772 triliun (92,5%) akan diraup melalui pasar obligasi. Tahun ini, pemerintah menargetkan penerbitan SBN sebesar Rp 826 triliun atau Rp 389 triliun (net).
Dengan risiko volatilitas pasar finansial global yang menurun, maka peluang perpindahan arus modal asing ke pasar domestik masih terbuka. Kepercayaan investor dapat kembali meningkat dengan dukungan beberapa katalis positif dari dalam negeri pada tahun ini.
Pertama, suplai obligasi domestik tetap terjaga seiring target defisit APBN 2019 yang rendah (di bawah 2%). Kedua, ekspektasi suku bunga acuan Bank Indonesia tetap stabil di level 6%. Kami melihat ruang kenaikan suku bunga acuan tahun ini sudah tertutup.
Ketiga, tingkat inflasi yang terkendali di level rendah, bahkan dapat ditutup di bawah 3,5%. Keempat, stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS membuat volatilitas pasar seharusnya tidak setinggi tahun 2018.
Kelima, pengelolaan arus modal yang baik telah ditempuh pemerintah dan Bank Indonesia untuk meredam risiko eksternal. Berbekal katalis yang cerah ini, kami melihat potensi yield obligasi dapat terjaga di 7,3%–7,8% (untuk tenor 10 tahun), lebih rendah dari penutupan akhir 2018 di atas 8%.
Sebagai negara berkembang, Indonesia masih membutuhkan sumber investasi yang kuat dalam menopang kekuatan ekonomi nasional. Oleh karena itu, pengelolaan arus modal harus konsisten dan efektif agar dapat memberikan dampak optimal terhadap sistem keuangan Indonesia dalam jangka panjang sehingga tak rentan terhadap risiko gejolak eksternal.
Kami memperkirakan stabilitas makroekonomi domestik terjaga dengan pertumbuhan ekonomi 5,22% tahun ini. Melihat prospek fundamental ekonomi yang lebih baik, pasar obligasi dapat mengambil peran penting sebagai instrumen investasi utama untuk menarik investor di pasar modal.♦
Reny Eka Putri
Senior Quantitative Analyst Office of Chief Economist Bank Mandiri
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News