kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hikayat pabrik sepeda


Jumat, 04 Januari 2019 / 14:51 WIB
Hikayat pabrik sepeda


Reporter: Barly Haliem | Editor: Tri Adi

Era 1990 hingga 2000-an, Wimcycle begitu dekat dengan kita. Balita, anak-anak, hingga remaja di Tanah Air akrab dengan sepeda merek Wimcycle.

Anda mungkin tak lupa dengan karakter domba putih yang melompat dan tagline "Wimcycle Heeeboooh", yang terdengar mirip suara embek. Itulah penggalan iklan Wimcycle yang familiar di telinga maupun mata pemirsa pada masanya.

Sampai dua tahun terakhir semuanya tampak baik-baik saja. Kabar ekspor ke 20 negara dan penguasaan pangsa pasar lokal PT Wijaya Indonesia Makmur Bicycle Industries, produsen Wimcycle, masih menghiasi berita-berita di media massa.

Namun siapa sangka, mendadak muncul kabar usaha yang dilakoni pemilik merek ikonik Indonesia itu sedang oleng, bahkan terancam kolaps. Apa yang terjadi sehingga salah satu pionir industri sepeda lokal itu tak bertenaga menggowes bisnisnya? Klien kami memang mengalami masalah keuangan, sehingga butuh restrukturisasi," kata Faizal Asikin Karimuddin, pengacara Wijaya Indonesia Makmur (Harian KONTAN, edisi 2 Januari 2019).

Ya, pabrikan sepeda dari Surabaya yang berumur hampir setengah abad itu sedang susah. Pembayaran utangnya pun seret. Alhasil, Wimcycle menempuh Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) demi mengurai masalahnya.

Nah, hikayat PKPU Wimcycle ini menambah panjang deretan perusahaan yang harus berjibaku keluar dari kebangkrutan. Berdasarkan data pengadilan niaga, tahun 2016 restrukturisasi utang perusahaan di pengadilan masih sekitar 160 perkara. Tahun 2017 jumlahnya naik menjadi 238, dan naik lagi menjadi 297 pada tahun 2018.

Memang, naik turun maupun untung rugi di dunia bisnis merupakan hal lazim. Persoalannya, apa yang sudah dilakukan oleh para pemangku kepentingan industri di negeri ini untuk mencegah kian banyaknya korporasi bertumbangan?

Selama ini kita lebih sering mendengar strategi fiskal, yakni bagaimana kiat mengejar penerimaan anggaran, menutup defisit, menggenjot pajak, rasio utang, penghematan anggaran. Pendek kata, semua tetek bengek yang berhubungan dengan pemasukan negara.

Namun nyaris tak terdengar bagaimana strategi industri dalam negeri disiapkan. Belum tampak pula upaya menyiapkan industrialisasi secara komprehensif, alih-alih membedah aspek supply chain management. Sisi inilah yang acap memicu kisah serupa Wimcycle dan menjadi ironi industri di negeri ini.•

Barly Haliem Noe

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×