kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Idealnya, BI rate naik 0,25%


Rabu, 16 Mei 2018 / 11:14 WIB
Idealnya, BI rate naik 0,25%


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Tri Adi

Neraca perdagangan Indonesia per April 2018 tercatat defisit US$1,63 miliar. Angka itu jauh dari ekspektasi konsensus US$ 400 juta. Penyebabnya, impor lebih tinggi dibandingkan ekspor. Hal ini didorong peningkatan tajam aktivitas investasi di triwulan pertama dan kedua. Ini sejalan data pertumbuhan pengeluaran investasi yang naik 7,95% (yoy) di triwulan I-2018.

Defisit itu melengkapi defisit laporan keuangan lainnya seperti defisit anggaran pemerintahan. Itu baru faktor dari dalam negeri. Belum lagi dari luar negeri terutama sentimen The Fed. Pasar melihat, The Fed masih memiliki ruang menaikkan suku bunga acuan tahun ini.

The Fed jugamulai memotong neraca keuangannya secara perlahan. Kebijakan itu berujung pada satu hal, suplai dollar AS akan terbatas. Artinya, dollar AS ke depan bakal terus menguat, ditambah sentimen dalam negeri, rupiah pun berpotensi kembali tertekan menuju Rp 14.100–Rp 14.200 mulai Juni nanti.

Belum lagi efeknya ke pasar modal. Dalam kondisi sekarang, yield obligasi pemerintah kemungkinan naik menjadi 7,5%–8%. Sekarang posisinya di 7,1%.Sehingga IHSG bisa kembali tertekan. Pasalnya, dana bakal terpancing masuk ke aset dengan imbal hasil moderat, tapi risikonya tak terlalu tinggi.

Jadi, Bank Indonesia sudah punya alasan untuk menaikkan suku bunga acuan (BI rate). Tapi menurut saya, kenaikan ideal 25 basis poin (BPS). Jika BI rate naik 50 bps, itu hanya membuat pertumbuhan ekonomi kian melambat. Sulit rasanya mencapai target pertumbuhan 5,2%.

Soalnya, saat ini konsumsi masyarakat terpecah jadi dua. Ekonomi menengah bawah lebih banyak melakukan konsumsi. Adapun ekonomi menengah atas cenderung menabung. Suku bunga yang terlalu tinggi justru mendorong mereka memperbesar tabungan.

Tapi, saya yakin BI sudah mempertimbangkan hal itu. Mereka juga paham rupiah Rp 14.000 adalah keseimbangan baru. Sehingga, kenaikan BI rate lebih untuk mengurangi volatilitas, bukan mengembalikan rupiah ke keseimbangan lama.


Ahmad Mikail
Ekonom Samuel Sekuritas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×