kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indef: ULN Indonesia naik seiring tingginya intensitas penerbitan surat utang


Senin, 17 Desember 2018 / 21:28 WIB
Indef: ULN Indonesia naik seiring tingginya intensitas penerbitan surat utang
ILUSTRASI. Uang rupiah dan dollar AS


Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Utang Luar Negeri Indonesia kembali naik pada Oktober 2018. Bank Indonesia (BI), Senin (17/12) mencatat, ULN Indonesia yang disumbang pemerintah dan swasta mencapai US$ 360,5 miliar, naik 5,5% dibanding bulan yang sama tahun lalu (year on year).

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai, kenaikan posisi utang luar negeri pemerintah hingga Oktober lalu disebabkan oleh intensitas penerbitan surat utang yang tinggi dalam periode tersebut.

"Pemerintah menerbitkan surat utang bukan hanya untuk kebutuhan pembiayaan, tetapi juga untuk mengendalikan kurs rupiah. Apalagi posisi yield cukup menarik saat itu untuk menarik investor asing masuk ke pasar surat utang kita," tutur Bhima saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (17/12).

Memang, berdasarkan penelusuran pada data kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN) di situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sepanjang Oktober lalu kepemilikan asing di SBN naik 1,6% menjadi Rp 864,32 triliun, dari sebelumnya Rp 850,85 triliun di akhir September.

Sementara, kenaikan ULN Swasta sejalan dengan kecenderungan perusahaan melakukan percepatan penarikan surat utang, baik dalam bentuk obligasi maupun medium term notes. "Mereka mengantisipasi cost of fund yang lebih tinggi karena tren kenaikan suku bunga masih berlanjut tahun depan," lanjut Bhima.

Selain itu, kenaikan ULN swasta dinilainya wajar secara siklus lantaran jelang akhir tahun kebutuhan untuk refinancing terhadap utang jatuh tempo, serta kebutuhan belanja modal dan bahan baku semakin tinggi. BI mencatat, penggunaan ULN Swasta untuk modal kerja, investasi, dan refinancing memang kompak naik sepanjang Oktober lalu.

Bhima memproyeksi tren kenaikan ULN Indonesia masih akan berlanjut hingga akhir tahun. "Apalagi, puncaknya kemarin pemerintah menerbitkan global bond untuk front loading pembiayaan APBN 2019," tukas dia.

Sementara, hingga Oktober rasio ULN Indonesia terhadap PDB naik mencapai 34,5%. Namun, Bhima memilih untuk menilai keamanan posisi utang dari rasio pembayaran utang (debt service ratio/DSR).

Menurut Bhima, idealnya DSR berada di bawah level 25%. Hingga akhir kuartal-III 2018, posisi DSR Indonesia di level 24,16%, turun dari kuartal sebelumnya 25,34% secara tahunan.

"Sejak awal tahun trennya DSR memang sudah menurun ketimbang tahun 2017 yang rata-rata di atas 30% secara tahunan," ujar Bhima.

Menurut dia, DSR di atas 25% secara tahunan menunjukkan bahwa utang luar negeri tidak mampu mendorong penerimaan dari sisi ekspor. Jika demikian, artinya utang yang dilakukan bersifat tidak produktif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×