Reporter: Harian Kontan | Editor: Tri Adi
Industri pulp dan kertas berkontribusi cukup signifikan bagi perekonomian nasional. Pada 2018, industri ini berkontribusi 17,6% terhadap industri pengolahan non-migas dan 6,3% terhadap industri pengolahan nasional. PDB industri pulp dan kertas tumbuh setiap tahun.
Pada tahun yang sama, industri ini tumbuh 1,1% (yoy). Industri pulp dan kertas diperkirakan tumbuh 5% pada tahun 2019. Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) menilai permintaan global maupun domestik masih terus meningkat yaitu sebesar 2% (yoy).
Kementerian Perindustrian (Kemperin) terus memacu industri pulp dan kertas untuk menggunakan teknologi terkini. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemperin mengatakan proses pembuatan kertas dan pulp harus mengutamakan efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan sumber daya secara berkelanjutan.
Inovasi dalam teknologi khususnya yang ramah lingkungan sejalan dengan implementasi Making Indonesia 4.0. Selain itu, produk yang dihasilkan dengan cara itu bisa lebih mudah masuk pasar global. Sehingga, langkah ini akan berdampak pada peningkatan daya saing produk pulp dan kertas. Peluang pasar masih terbuka dan kapasitas produksi pulp dan kertas meningkat karena ada perluasan.
Pada tahun ini, produsen kemasan berbasis kertas PT Fajar Surya Wisesa Tbk beroperasi dengan kapasitas produksi baru, setelah mengakuisisi pabrik kertas yang sebelumnya dimiliki PT Surabaya Agung Industri Pulp & Paper. Di sisi lain, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk sedang membangun fasilitas produksi baru. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia baru saja merampungkan pabrik baru di OKI yang hingga akhir 2018 memproduksi 2,5 juta ton pulp. Pada 2019, perusahaan ini memprediksi industri pulp akan tumbuh 4%.
Mengacu kebijakan nasional, industri pulp dan kertas merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas dalam pengembangannya. Indonesia memiliki potensi terutama terkait bahan baku, di mana produktivitas tanaman di Indonesia lebih tinggi daripada negara pesaing yang beriklim subtropis. Hanya dua negara yang berpeluang memproduksi pulp secara efesien yaitu Indonesia dan Brasil.
Saat ini, kapasitas produksi pulp Indonesia sebesar 11 juta ton per tahun dan produksi kertas 16 juta ton per tahun. Terdapat 84 perusahaan pulp dan kertas di Indonesia.
Indonesia berada di peringkat kesembilan untuk produsen pulp terbesar di dunia serta posisi keenam untuk produsen kertas terbesar di dunia. Di sisi tenaga kerja, industri pulp dan kertas menyerap 260.000 tenaga kerja langsung dan 1,1 juta tenaga kerja tidak langsung. Secara tidak langsung, industri pulp dan kertas tergolong sektor padat karya dan berorientasi ekspor.
Meski memiliki potensi tumbuh, industri pulp dan kertas dalam negeri masih menghadapi tantangan. Pertama, ketegangan ekonomi antara Amerika Serikat dan China yang mendorong harga pulp dan produk kertas di level tinggi. Ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia meningkat ketika Presiden AS mengenakan bea impor terhadap barang-barang China.
Kedua, tuduhan dumping dari berbagai negara masih akan menghantui dan menjadi tantangan industri ini. Seperti diketahui, AS dan Australia menganggap Indonesia melakukan praktik Particular Market Situation (PMS). Tudingan aksi dumping pulp dan kertas asal Indonesia disebabkan oleh perbedaan AS dalam menentukan harga acuan. AS mengacu pada harga pulp asal Malaysia yang lebih tinggi dibandingkan Indonesia. Akibatnya, produsen Indonesia dituding memberikan subsidi atas produk ekspornya.
Terdapat beberapa solusi dalam mengatasi hambatan di industri ini. Solusi pertama, ambil peluang dari ketegangan AS dan China. Banyak produsen kertas di China menganggur akibat perang dagang. Indonesia bisa bekerjasama dengan industri karton dan kardus yang besar di China. Produsen yang ingin ekspansi dan sudah telanjur beli mesin dapat membawa dan pasang mesinnya di Indonesia. Dengan demikian, produksi kertas mereka tetap bisa diekspor ke AS. Ini bisa cepat karena di Indonesia banyak bangunan pabrik yang siap pakai. Ditambah insentif fiskal berupa pembebasan pajak, ini akan meningkatkan ekspor Indonesia.
Solusi kedua, terkait tuduhan dumping, Indonesia dapat memperluas pangsa pasar. Pasar utama ekspor pulp didominasi negara seperti China, Korea, India, Bangladesh dan Jepang. Di sisi lain, ekspor kertas terbesar tercatat menuju negara seperti China, Jepang, Vietnam, Malaysia dan Filipina. Pengusaha dibantu pemerintah dapat memperluas tujuan ekspor seperti Asia Timur, Timur Tengah dan Afrika.♦
Araminta Setyawati
Analis Industri Bank Mandiri
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News