kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ingat prinsip usang


Rabu, 06 Desember 2017 / 16:30 WIB
Ingat prinsip usang


| Editor: Tri Adi

Ada satu prinsip penting agar investor maupun trader sukses mendulang keuntungan di bursa saham. Prinsip itu adalah harga jual saham harus lebih tinggi ketimbang harga beli. Dengan begitu investor maupun trader bisa mendapatkan selisih keuntungan.

Mungkin Anda mengira bahwa terlalu mengada-ada menyebut "prinsip" itu di sini. Ketika membacanya tadi Anda mungkin membatin, "Ah, usang! Semua orang juga tahu, gitu, loh." Anda benar. Prinsip di atas memang nyaris tak pernah jadi bahan perbincangan atau bahan diskusi, kecuali di antara para pemula banget, lantaran semua orang sama-sama merasa sudah tahu.

Para trader dan investor lebih asyik menggeluti bermacam teori analisis trading dan investasi, serta segala macam turunannya. Tak sedikit pula yang seolah berlomba menciptakan strategi atau sistem baru dan sempurna. Mereka lupa bahwa segala tetek-bengek itu sebenarnya sekadar upaya untuk memastikan prinsip tadi terpenuhi.

Akibatnya, ya, seperti yang dialami banyak orang beberapa hari ini. Ketika tiba-tiba pada Kamis (30 November 2017) lalu Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia ambrol sedalam 1,8%, orang langsung bertanya-tanya apa yang terjadi? Ketika harga saham-saham bluechips dan idola para trader satu per satu anjlok dalam, banyak orang kian bingung. Mengapa di kala IHSG sedang hobi memecahkan rekor baru, tiba-tiba harga saham-saham malah rontok?

Tentu saja para analis sudah membeberkan berbagai argumen tentang sebab musabab IHSG terkoreksi dalam. Mengapa pula saham-saham yang difavoritkan ikut-ikutan terseret ke bawah. Rebalancing MSCI, reformasi pajak Trump yang mulus, rencana The Fed menaikkan suku bunga dolar AS, disparitas return saham dibandingkan dengan obligasi, hingga penjelasan soal perilaku musiman bursa menjelang akhir tahun, menjadi kunci jawaban.

Pasar tak pernah salah. Argumen-argumen itu, terserah mana yang Anda suka, mampu "membenarkan" apa yang sudah dan sedang terjadi di market. Namun, maaf saja, segala macam penjelasan itu tidak bisa menghapus warna merah yang terlanjur melunturi daftar portofolio.

Nah, di sini lah pentingnya mengingat prinsip yang "semua orang sudah tahu" tadi. Pertanyaan, "Bisakah saya menjual saham ini di harga lebih tinggi dari harga beli, nanti?", sebaiknya jangan dilupakan. Lalu, terserah Anda hendak menempuh jalur mana untuk memastikan kebenaran jawabannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×