kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Insentif perumahan dan sembako, Ekonom: Pemerintah jaga daya beli masyarakat


Senin, 24 Februari 2020 / 22:00 WIB
Insentif perumahan dan sembako, Ekonom: Pemerintah jaga daya beli masyarakat
ILUSTRASI. Warga membeli sembako menggunakan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) saat peluncuran BNPT


Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Presiden akan segera mengumumkan paket kebijakan ekonomi untuk mencegah perlambatan ekonomi Indonesia akibat sentimen virus corona alias Covid-19, besok, Selasa (25/2).  Paket kebijakan insentif tersebut ditujukan untuk sektor pariwisata, perumahan, dan dalam bentuk bantuan sosial. 

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, kebijakan insentif tersebut tampaknya sebagai upaya pemerintah menopang perekonomian dan daya beli kelompok 20% masyarakat terbawah yang terbilang paling sensitif terhadap perlambatan ekonomi. 

Baca Juga: Tangkal efek corona, pemerintah akan kucurkan insentif untuk tiga sektor ini

Namun menurutnya, insentif untuk sektor perumahan tidak akan begitu efektif lantaran membutuhkan proses dan waktu lebih lama dalam implementasinya. 

“Misalnya rumah subsidi untuk masyarakat berpendapatan rendah (MBR) itu kan inisiatifnya sudah ada tapi selama ini suplai belum mencukupi, backlog masih besar, dan di sisi lain kalau ditambah pun kuotanya tetap butuh waktu juga untuk pembangunannya,” tutur Josua saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (24/2). 

Josua menilai, bantuan yang bersifat langsung kepada masyarakat seperti tambahan bansos akan lebih efektif. Begitu juga dengan insentif di sektor pariwisata, dinilainya sangat penting untuk menjaga momentum konsumsi leisure wisatawan domestik di tengah merosotnya jumlah wisatawan mancanegara (wisman). 

Josua mengatakan, pemerintah juga perlu fokus menjaga stabilitas rupiah dan tingkat inflasi agar tetap terkendali. Apalagi, suplai barang dan bahan baku yang menurun dari China berpotensi menyebabkan industri sulit berproduksi sehingga dapat mendorong inflasi. 

Baca Juga: Menkeu: Besok, presiden akan umumkan insentif ekonomi untuk tangkal efek virus corona

“Harus diwaspadai kalau stok barang dan bahan baku di dalam negeri sudah menipis karena suplai dari luar turun drastis. Inflasi dan nilai tukar rupiah harus dikendalikan agar daya beli masyarakat tidak terganggu,” tandas Josua. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×