kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ironi oversuplai semen


Rabu, 20 Maret 2019 / 08:07 WIB
 Ironi oversuplai semen


Reporter: Ardian Taufik Gesuri | Editor: Tri Adi

Suatu ironi menimpa industri semen tanah air. Pemerintah mengegas pol proyek-proyek infrastruktur beberapa tahun terakhir ini. Tapi anehnya terjadi kelebihan pasokan semen sangat besar.

Begini datanya. Kapasitas pabrik melaju hingga mencapai 119 juta ton di tahun 2018. Tapi konsumsi semen domestik cuma 69,51 juta ton. Demi menjaga tingkat produksi 80%-95% dari kapasitas, sebagaimana dilakukan sang pemimpin pasar, Semen Indonesia, maka ada lebih dari 25 juta ton semen yang masih gentayangan mencari pembeli.

Tak urung persaingan pun sengit, harga jual merosot. Bahkan diduga ada pemain yang sengaja jual rugi. Dan, naga-naganya, kondisi lebih pasok itu belum berubah tahun ini.

Bila dirunut ke belakang, oversuplai ini terjadi lantaran mereka salah prediksi. Sekitar tahun 2013 memang terjadi lonjakan permintaan semen, pemerintah lalu membuka keran impor klinker (bahan utama semen) yang berlaku hingga 5 tahun. Sementara, para pelaku pun berekspansi, memacu kapasitas produksi. Dan investor asing dari Thailand, China, Thailand ramai-ramai membangun pabrik di sini.

Nah, tiba saat pabrik-pabrik itu berproduksi penuh, ternyata perekonomian melambat. Properti yang biasanya mengonsumsi sebanyak 75% total penjualan produksi tengah lesu. Alhasil mereka hanya bisa mengandalkan penjualan pada proyek infrastruktur dan konstruksi.

Kondisi kian terpuruk ketika tahun lalu Menteri Perdagangan merilis aturan tata niaga yang juga mengatur impor klinker. Tak heran bila industri semen memprotes keras kebijakan yang dapat diartikan membuka keran impor tersebut.

Tentu kondisi muram industri bubuk abu-abu ini tidak boleh dibiarkan, mengingat peranannya yang strategis dalam pembangunan ekonomi. Pemerintah perlu membuka kuping untuk menyerap aspirasi dunia industri, bahkan juga suara sesama koleganya. Dalam hal impor klinker, misalnya, Kementerian Perindustrian yang mestinya lebih paham mengenai pasar semen ternyata tidak pernah diajak rembukan. Dan jelas untuk kondisi sekarang, Kementerian Perdagangan jangan membuka keran impor klinker yang bisa melalap industri semen lokal.

Kalangan industri juga meminta pemerintah menunda izin pembangunan pabrik semen baru, hingga permintaan kembali melaju. Berkaitan dengan itu, sangat perlu dukungan otoritas dan para pemangku kepentingan untuk membangkitkan lagi industri properti sebagai konsumen terbesar semen.♦

Ardian Taufik Gesuri

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×