kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Itu menjadi tugas yang terpilih


Senin, 01 Juli 2019 / 14:58 WIB
Itu menjadi tugas yang terpilih


Reporter: Thomas Hadiwinata | Editor: Tri Adi

Tak ada lagi yang merintangi jalan Joko Widodo (Jokowi) dan Maruf Amin untuk memimpin negeri ini selama lima tahun mendatang. Komisi Pemilihan Umum (KPU), kemarin, menetapkan Jokowi dan Maruf sebagai Presiden dan Wakil Presiden (wapres) terpilih untuk periode 2019-2024.

Seusai acara penetapannya sebagai presiden terpilih hingga 2024 mendatang di KPU,  Jokowi langsung menjanjikan akan segera tancap gas dalam menyiapkan pemerintahannya. Pernyataan ini sesungguhnya memang harus dijalani oleh Jokowi dan Maruf.

Pekerjaan pemerintah negeri ini selama lima tahun mendatang, terutama di bidang ekonomi, sungguh tidak ringan. Prospek ekonomi global di masa mendatang yang kini sudah terbayang sungguh jauh dari kata cerah.

Perdagangan global belum memperlihatkan tanda-tanda akan kembali normal, mengingat hubungan dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia ini, yaitu Amerika Serikat (AS) dan China sedang panas-panasnya.

Presiden Amerika Serikat Donald J.Trump belum bosan menagih ini-itu dari negara-negara yang menjadi mitra dagang AS, terutama China. Di sisi lain, Pemerintah China tak bisa melakukan akselerasi reformasi struktural di negerinya.

Aksi saling balas mengerek tarif, seperti yang disaksikan dunia selama dua tahun terakhir, sangat mungkin kembali berlanjut. Dan ini adalah kabar buruk bagi negara lain, termasuk Indonesia.

Perdagangan global yang lesu berarti negeri ini harus bekerja lebih keras untuk mendongkrak ekspornya. Padahal, tanpa kelesuan pasar global pun, kita masih punya pekerjaan rumah untuk menaikkan daya saing produk dan jasa.

Lalu, dari mana pertumbuhan kita akan datang? Sepertinya, dalam satu-dua tahun pertama pemerintahan Jokowi-Maruf, tinggal konsumsi masyarakat dan pengeluaran negara yang bisa diandalkan untuk memicu pertumbuhan.

Kendati ekspor dan investasi langsung kemungkinan besar masih memberi kontribusi yang terbatas, sangat keliru jika Jokowi-Maruf  menomorduakan urusan yang berkait dengan keduanya. Bahkan, urusan perbaikan struktural agar pertumbuhan ekspor dan penanaman modal di negeri ini kembali melaju kencang justru harus menjadi agenda yang utama.

Memang, pekerjaan ini tidak populer dan sangat mudah diabaikan karena ia tidak akan mendatangkan hasil dalam waktu cepat.♦                  

Thomas Hadiwinata

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×