kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jaga Dana & Data Kami


Senin, 16 November 2020 / 11:22 WIB
Jaga Dana & Data Kami
ILUSTRASI.


Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - Ketika pertama kali muncul layanan ojek online, banyak orang terkagum-kagum. Bagaimana tidak, dengan tarif murah, terkadang mendekati gratis, masyarakat bisa pergi ke mana saja menerobos kemacetan. Muncul pemikiran dari mana perusahaan ojek online memperoleh keuntungan?

Berikutnya perusahaan transportasi online itu meluncurkan lini bisnis yang tak kalah menarik: pemesanan makanan. GoFood dan GrabFood menjadi populer. Orang tak perlu capek-capek mengantre untuk memesan makanan.

Hal serupa terjadi di fenomena uang elektronik berbasis server. Mereka ramai-ramai memberikan cashback.

Melihat agresifnya industri non-bank, perbankan gerah. Industri perbankan mengeluarkan layanan perbankan digital. Buka rekening tak perlu repot-repot datang ke bank. Cukup dari aplikasi.

Sudah begitu, nasabah memperoleh berbagai fasilitas lain secara gratis. Seperti transfer uang atau tarik tunai dari ATM manapun. Tanpa biaya administrasi bulanan.

Tapi strategi "bakar uang" ada batasnya. Ojek online misalnya, tarif terus naik. Dan diskon menjadi barang langka. Uang elektronik juga mulai membatasi cashback.

Begitu juga di perbankan. Produk Jenius Bank BTPN mulai melonggarkan fasilitas gratis. Tarik tunai dan transfer gratis misalnya, dibatasi sesuai saldo. Dan mulai Januari 2021, aplikasi Jenius bakal mengenakan biaya berlangganan (feesible) sebesar Rp 10.000 per bulan.

Perbankan memang agresif mencari pendapatan non bunga saat penyaluran kredit seret. Di sektor kartu kredit misalnya kini bertumpuk biaya: fee SMS dan fee pengiriman tagihan lewat email. Padahal bank sudah menggetok dengan iuran tahunan.

Di sisi lain, perusahaan transportasi yang saya sebutkan di awal menjelma menjadi decacorn dan super apps. Mereka ikut menjadi penyalur program pemulihan ekonomi nasional (PEN) perbankan. Rupanya machine learning mereka mampu membaca kebiasaan aktivitas online itu mampu mendeteksi merchant yang memiliki transaksi besar, sehingga layak mendapat kucuran kredit.

Dengan begitu, terjawab segala pertanyaan, apa sih yang didapat perusahan tersebut pada saat membakar uang. Kalau sudah begini, sudah sewajarnya perusahaan tersebut, termasuk perbankan menjaga data dan dana masyarakat. Layani nasabah yang sudah memberikan kepercayaan.

Penulis : Ahmad Febrian

Redaktur Pelaksana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×