Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Tri Adi
Syahdan, jalan tol Trans Jawa pun tersambung. Upaya menghubungkan ujung barat dan timur Jawa ini bermula pada 1984, diawali dengan beroperasinya ruas Jakarta-Merak sepanjang 99 kilometer (km). Kini, jaringan jalan bebas hambatan sepanjang lebih dari 1.000 km itu nyaris tuntas.
Ada sederet efek gulir yang terbentang di koridor tol Trans Jawa, termasuk munculnya potensi ekonomi baru di masa depan. Selain bisnis logistik dan transportasi, kita akan melihat peluang emas di bisnis ritel, pariwisata hingga properti.
Tentu saja, bentangan jalur Trans Jawa bakal memicu lapangan kerja baru di daerah yang dibelah jalan bebas hambatan. Tak hanya pebisnis, sejumlah daerah pun mulai bersolek menyambut peluang baru.
Berdasarkan catatan Tim Jelajah Ekonomi KONTAN, yang menyusuri jalur Trans Jawa selama 10 hari pada Februari lalu, setidaknya ada 40 kabupaten/kota di lima provinsi yang bersinggungan langsung dengan koridor Trans Jawa.
Total perputaran uang di seluruh daerah itu berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2017 mencapai Rp 3.632,75 triliun atau 25% total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Harapannya, dengan kehadiran Trans Jawa, perputaran uang di daerah tersebut akan terus meningkat berlipat-lipat.
Otoritas 40 kabupaten/kota bisa memaksimalkan jalur Trans Jawa untuk membuka peluang lapangan kerja. Sebab, jumlah angkatan kerja gabungan di 40 kabupaten/kota itu cukup besar, yakni 30,61 juta dengan jumlah pengangguran mencapai lebih dari 2 juta orang.
Ada beberapa wilayah yang mulai memanfaatkan Trans Jawa, termasuk Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Wilayah dengan jumlah penduduk 756.079 jiwa itu sudah siap menyambut investor baru. Tahun 2017, nilai investasi baru yang masuk daerah itu mencapai Rp 421,64 miliar, sebagian berupa investasi di kawasan industri dan properti.
Langkah Pemkab Batang patut ditiru otoritas daerah lain. Gali berbagai potensi daerah yang punya daya jual tinggi dan bermanfaat bagi kepentingan ekonomi dan kemakmuran warga.
Tak ada gading yang tak retak. Trans Jawa juga menuai kritik. Misalnya, harga tarif jalan tol yang dinilai kemahalan. Terlepas dari itu, semoga Trans Jawa menjadi jalur emas bagi seluruh warga negara, bukan hanya menguntungkan segelintir pemodal. Dengan begitu, kue perekonomian bisa tersebar lebih merata ke daerah, tak sekadar bertumpuk di ibukota.♦
Sandy Baskoro
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News