kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jangan Terlena


Rabu, 28 Oktober 2020 / 12:09 WIB
Jangan Terlena
ILUSTRASI.


Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - Musim laporan keuangan telah tiba. Di industri perbankan, duet bank besar yang selalu bersaing, Bank Mandiri dan Bank Central Asia (BCA) sudah mengumumkan kinerja mereka.

BCA mencatatkan laba sebesar Rp 20 triliun di sembilan bulan pertama 2020. Pencapaian itu menurun 4,2% year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,09 triliun.

Sementara laba bersih Bank Mandiri pada sembilan bulan pertama 2020 terjun 30,73% yoy menjadi Rp 14,02 triliun. Periode sama setahun sebelumnya masih tercatat laba sebesar Rp 20,25 triliun.

Namun jika dibandingkan kuartal ke kuartal, kedua bank tersebut mulai menunjukkan pertumbuhan. Secara kuartalan laba BCA tumbuh 37,8% quarter on quarter (qoq) menjadi Rp 7,79 triliun sepanjang kuartal III-2020. Pada kuartal II-2020 laba bersih perseroan ini senilai Rp 5,65 triliun. Dan Rp 6,58 triliun pada kuartal I-2020.

Sementara di Bank Mandiri, laba per Juni 2020 tercatat Rp 2,37 triliun dan September 2020 sebesar Rp 3,77 triliun. Tumbuh sekitar 57,1%.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiatmadja mengatakan, pencapaian ini menunjukan ekonomi nasional mulai mengalami pemulihan. Pada kuartal II-2020 ekonomi nasional hancur lebur. Waktu itu akibat pandemi korona, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ketat berlaku. Ekonomi stagnan, distribusi barang terhambat. Masuk kuartal III-2020, PSBB diperlonggar. Ekonomi kembali menggeliat (Harian KONTAN, 27 Oktober 2020).

Sebelumnya survei Penawaran dan Permintaan Pembiayaan perbankan Bank Indonesia (BI). Survei terbaru yang keluar 14 Oktober 2020 itu menunjukkan permintaan kredit korporasi mulai meningkat.

Hasil survei BI itu menunjukkan, sebanyak 71,6% penggunaan kredit oleh korporasi itu untuk operasional. Lalu 45,9% untuk pemulihan pascapandemi dan 37,8% untuk membayar utang. Hanya 24,3% untuk investasi. Sementara, masih di hasil survei BI itu hanya 40,5% yang menggunakan kas sendiri sebagai sumber pembiayaan.

Meski mulai ada yang menarik utang, kebutuhan korporasi tak melulu ekspansi. Bahkan ada yang untuk pemulihan dan membayar utang. Dengan kata lain, korporasi terpaksa meminjam uang lantaran kehabisan dana.

Di sini bank harus jeli dan mengawasi aliran kredit. Jangan sampai malah menjadi kredit bermasalah. Dan menyebabkan masalah baru di industri perbankan.

Penulis : Ahmad Febrian

Redaktur Pelaksana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×